Jangan Kuatir Nak,Dikau Masih Punya Bu Guru

Dentang lonceng menandakan pembelajaran jam pertama dimulai, membuatku segera beranjak dari tempat duduk di kantor guru. Perlahan kuberjalan sambil mengamati taman taman yang ada di kiri kanan kelas, beberapa layu karena telat disiram. Kulihat air selokan yang mengalir dekat kolam lele, jernih, mengalir deras dan gemericik bunyinya. Masuk kelas tujuh A dengan senyum mengembang, kusapa anak anak, kutanyakan keadaan mereka dan juga kutanya apakah mereka sudah sarapan pagi ini. Mengajar kelas tujuh jelas sangat berbeda dengan mengajar kelas sembilan, di kelas ini guru masih menjadi tokoh sentra bagi mereka. Kumulai kegiatan dengan menanyakan materi materi yang telah mereka pelajari pada pertemuan sebelumnya, jawaban mereka bervariasi, bagi siswa yang sudah belajar, dengan runtut mereka bisa menyebutan dan menerangkan materi yang telah dipelajarinya, bagi yang semalam tidur terlalu dini dan tidak sempat belajar hanya mamu menyebutkan materi yang masih mereka ingat.

Kusampaikan pada mereka bahwa hari ini kita akan belajar tentang my family. Mereka terlihat antusias, pada pertemuan sebelumnya telah disepakati bahawa mereka hari ini membawa selembar foto keluarga, dengan bersemangat dikeluarkannya foto yang dibawa. Beberapa siswa saling menunjukkan fotonya, berceloteh dan tertawa. Kesempatan pertama kumulai dengan meperkenalkan keluargaku, foto yang kubawa dari rumah kutunjukkan anak anak. There are five people in my family. There are my father, my mother, my brother, my sister and my self. My father is Mr. Sumadi, he is a soldier. My mother is Mrs. Santika, she is a nurse. Kalimat kalimat lainnya berlanjut dengan memperkenalkan saudara dan usianya. Mereka memperhatikan perkenalan yang kulakukan dengan antusias, sebagian membuat coretan di kertas untu membantu mereka perenalan di kelas.

Susi, siswa pertama yang mendapat giliran memperkenalkan keluarganya maju dengan penuh percaya diri, senyumnya lebar, dia memperkenalkan ayah dan ibunya, nama, profesi dan usianya, juga saudara laki akinya yang berjumlah empat diceritakan lengkap, perkenalan dirinya diakhiri dengan kalimat yang membuatku terpesona, I have a big hapy family.

Selanjutnya giliran kedua adalah Reza, siswaku yang pendiam dan pemalu. Dia maju dengan ragu ragu, dibukanya foto yang dibawanya, pertama dia perkenalkan ayah, ibu dan saudara saudaranya. Disebutkan rofesi ibunya adalah guru, kakaknya bersekolah di SMA dan adiknya di SD. Karena kurasa perkenalannya kurang lengap, kucoba bertanya tentang ayahnya, “Is your father a teacher too?” Diam dia tidak menjawab, dari kedua matanya keluar air yang mengalir membasahi pipinya, dari terkesima diriku berubah menjadi sedih. Kudekap dia, kuersilakan duduk dan giliran selanjutnya kuberikan pada teman yang lain. Setelah jam pelajaran berakhir, segera kumencari info dari BK tentang keluarga Reza, barulah kuketahui bahwa ayahnya meninggal pada waktu yang bersamaan saat dia menerima pengumuman diterima di SMP ini.

Reza siswaku sayang, ayahmu sudah tenang di alam sana, tinggal kamu yang harus mewujudkan cita citanya, kamu yang harus mendoakannya, kamu yang harus menjadi anak sholihah yang membuat ayahmu bahagia. Jangan kuatir nak, di sekolah ini banyak ibu dan bapak guru yang akan menyayangimu setulus hari. Maafkan ibu ya nak yang tidak jeli dengan kodisimu. Tetap tegar dan hadapi hidup dengan optimis. Selamat berjuang nak.