Tak Percaya tapi Nyata

Jumat ini adalah Jumat yang menyenangkan hati, dimulai dari saat check in, saya mendapatkan kamar yang sama dengan teman satu sekolah. Kegiatan yang diselenggarakan mediaguru ini adalah kegiatan ketiga yang saya ikuti, setelah Sagusabu dan Kelas Editor, kegiatan yang seharusnya dimulai pukul 16.00 ternyata agak molor, sehingga baru dibuka pada pukul 16.25. Kejutan pertama dimulai ketika saya sempat mengintip isi tas yang berisi handout untuk peserta, didalam tas itu ada buku karya saya yang baru beberapa minggu lalu mendapatkan ISBN.

Bercerita tentang buku GUMAMKU yang menjadi karya pertama saya, adalah cerita penuh makna yang mengubah pola pandang saya terhadap kemampuan menulis. Awalnya, jangankan membuat buku, menulis sesuai dengan kaidah penulisanpun belum pernah saya lakukan. Saat itu, kalaupun saya menulis, yang saya tuangkan adalah apa yang ada di pikiran dan dibenak, keluar lancar tanpa saringan, kadang menerjang kaidah penulisan. Keinginan manulis muncul bila merasakan, melihat dan mengalami hal hal yang terasa berbeda dengan norma dan kewajaran yang ada. Kegalauan itulah yang biasanya berubah wujud menjadi tulisan. Kepercayaan diri juga kurang mendukung untuk mewujudkan sebuah buku.

Semangat muncul ketika membaca brosur adanya kegiatan SAGUSABU di Solo, karena rumah dekat dengan tempat kegiatan, maka saya memastikan diri ikut untuk pertama kalinya. Motivasi dari Pak Ihsanlah yang membuat saya semakin berani menulis, “Buku apapun yang anda buat, Mediaguru akan menerbitkan” kalimat itu menjadi pelecut semangat. Selain jaminan akan diterbitkan, jamnan lain adalah pembimbingan online melalui group, dan ini terbukti amppuh untuk mendongkrak semangat yang kadang melemah karena beban kerja sekolah yang seakan tiada habisnya.

Hari hari yang berlalu selama proses pembuatan buku adalah hari hari yang menantang, indah tapi juga meresahkan. Hari demi hari berganti dengan semakin dekatnya deadline yang ditetapkan membuat kerja tidak lagi nyaman, bagai cacing kepanasan. Pekerjaan sekolah agak terbengkelai, pertemuan PKK dan Paguyuban beberapa kali berlangsung tanpa mampu menghadirinya. Bahkan kegiatan kerumahtanggaan juga tidak mendapat porsi yang memadai. Protes dari anggota keluarga karena kurang perhatianpun terdengar santer. Hanya satu jawaban yang terucap, “Izinkan ibuk menyelesaikan buku dulu ya, sehabis itu, ibuk sepenuhnya milikmu” Kalimat itu mampu meredam protes.

Proses tidak pernah menciderai hasil, ternyata hasil pergumulan dengan kertas, lap top, waktu dan tema diakhiri dengan baik. November 2017, saya mendapat kiriman cover, kiriman pertama ini bagaikan siraman air dingan di musim panas yang menyengat. Kiriman kedua berupa file pdf yang harus dicermati untuk direvisi dan diedit oleh pengarang. Dan kiriman pamuncak yang membuat seakan dunia bersinar semakin terang adalah kiriman pdf final dan cover yang sudah ber ISBN. Indahnya sebuah kerja, bahagianya menerima hasil kerja.

Bahagia saya mendapat buku ber ISBN lebih mekar lagi ketika ternyata buku saya mendapat kesempatan menjadi buku yang dibagikan ke peserta Media Guru Writing Camp 5 Jawa Tengah, tak pernah terbayangkan, buku saya dibagikan, dibawa dan mungkin dibaca oleh teman teman dari berbagai sekolah. Bagian paling indah yang saya tunggu dari teman teman adalah komentar tentang buku tersebut, karena komentar maupun kritik akan memperkaya kasanah keilmuan menulis saya. Nikmat mana yang yang akan kau dustakan.