TIGA KUNCI PERGAULAN ANAK ZAMAN NOW

Heran rasanya ketika memberikan sebuah buku pada anak kelas 9 yang saat itu tidak membawa buku, dia menerima dengan tangan kiri, membalikkan badan tanpa berucap sepatah katapun. Ingatan juga melayang kekejadian tadi pagi ketika melihat seorang anak yang ban sepedanya bocor dan harus dituntun mencari tukang tambal ban. Dia berteriak pada temannya yang mendahuluinya dengan teriakan yang sangat memekakkan teringa, “ hooooeeee, tuntunke pitku” Anak yang diteriaki seakan-akan tidak mendengar, melajukan sepedanya tanpa menoleh lagi. Begitu juga ketika seorang anak tidak sengaja menginjak kaki temannya, dia berlalu, tanpa berkata apapun pada temannya yang kesakitan.

Dalam pergaulan dan etika pertemanan ada tiga kata yang wajib kita gunakan sebagai kunci, yaitu kata maaf, terima kasih dan tolong. Ketiga kata tersebut tidak serta merta dikuasai oleh anak, perlu pembiasaan dan pemajanan kata. Bisa dibayangkan bila orang tuanya sama sekali tidak pernah menggunakan kata kata itu, maka jangan diharap anak akan luwes menggunakannya. Kecenderungan orang tua yang cuek akan sangat berpengaruh pada anak anaknya. Apabila orang tua dalam keseharian tidak menghargai anak dan memperlakukan anak dengan semena mena, maka anak juga akan melakukan hal yang sama pada teman temannya dan lingkungannya. Orang tua yang kaku dan keras dalam mendidik anak juga akan menghasilkan anak yang nir teposeliro, arogan, semaunya sendiri dan tidak menuruti aturan yang ada.

Kata maaf yang tulus, sebenarnya mudah dikatakan dan dilakukan. Bila anak terbiasa mengatakan maaf untuk semua kesalahannya baik yang disengaja maupun tidak disengaja, maka akan membuat pergaulan terasa indah dan santun. Biasakan mulai kecil, ketika secara tidak sengaja dia menyenggol jatuh mainan temannya, suruhlah anak mengucapkan maaf. Bila dalam suatu permainan, dia secara tidak sengaja juga merusakkan benda milik temannya, minta dia segera mengucapkan kata maaf. Kebiasaan kecil yang seperti inilah yang akan membuat anak menjadi pribadi yang santun, menghargai orang lain dan tidak semena-mena. Bagi anak yang di lingkungannya tidak pernah terdengar kata maaf, maka akan sangat sulit sekali dia mengucapkan kata tersebut, dalam bayangannya bila dia mengucapkan kata maaf, maka dia merendahkan dirinya, dia menganggap bahwa dia menjadi hina dengan mengucapkan kata maaf. Apalagi bila ucapan itu ditujukan pada yang lebih muda usianya. Gengsi yang besar biasanyamenjadi penghambat untuk mengucapkan maaf. Sekali lagi peran orang tua dan pembiasaan yang baik secara rutinlah yang akan membekali anak anak kita menjadi pribadi yang hebat. Menjadi pribadi yang legowo dengan kesalahannya, pribadi yang menerima kenyataan bahwa dia salah, mengakui kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Bila ini yang diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bila mereka menjadi orang populer, politisi maupun pejabat negara, mereka tidak akan suka mencari kambing hitam.

Kata yang kedua adalah kata tolong, bila kita membutuhkan dan menginginkan orang lain melakukan sesuatu untuk kita, maka kata ini adalah mantera yang sangat tepat. Orang tua dirumah, bila menyuruh anaknya dengan menggunakan kata tolong, biasanya anak diluar juga menerapkan kata ini. Kita bayangkan dalam suatu keluarga, ayah memerintah ibu dengan kalimat perintah langsung tanpa embel embel tolong, begitu juga ketika ibu menyuruh ayah melakukan sesuatu dengan kalimat langsung tanpa permintaan tolong, bayangan keluarga seperti apa yang tampak. Anak yang hidup di keluarga inipun akan sangat sulit mengucapkan kata tolong. Dia merasa tidak nyaman dengan kata tolong. Dia merasa asing dengan kata tolong. Ketika anak yang berada dalam keluarga ini bergaul diluar rumah, dia bagaikan raja kecil, main perintah dan menyuruh yang lain melakukan apa yang dia inginkan tanpa kelembutan. Bila jadi juraganpun dia menjadi juragan yang arogan, tidak menghargai bawahan dan menilai segala sesuatu deri segi dia sebagai juragan. Kata tolong adalah kunci andhap asor, kunci untuk memberi kesan baik pada orang lain, dan kunci untuk saling menghargai teman. Penguasaan anak pada kata tolong sangat tergantung pada pembiasaan dirumah. Indah sekali bila anak mengatakan tolong pada tukang parkir untuk mengeluarkan sepedanya. Bahagia rasanya bila mendengar kata tolong diucapkan oleh anak yang pesan soto di kantin mbok bon. Sejuk rasa hati bila bapak guru juga mengucapkan kata tolong ketika menyuruh siswa mengumpulkan hasil penilaian harian. Kata ini juga merupakan mantera pergaulan.

Kata yang ketiga adalah terima kasih, setelah mendapatkan apa yang kita inginkan, memperoleh sesuatu, wajib hukumnya untuk mengucapkan terima kasih. Ucapan ini adalah bentuk syukur kita dan bentuk apresiasi kita atas apa yang kita peroleh. Saya pernah sangat terkesima pada seorang anak TK yang secara tidak sengaja menjatuhkan boneka yang dibawanya, seorang temannya mengambilkan dan memberikan boneka itu padanya. Kalimat yang menunjukkan ucapan terima kasih dia ucapkan sepenuh hati, bukan sekedar basa basi. Seandainya ada kerja sama yang kuat antara guru sebagai pendidik di sekolah, orang tua sebagai pendidik yang utama dan pertama, serta lingkungan, maka generasi yang berkarakter akan benar benar ada di Indonesia. Generasi yang beretika. Salah satu bentuk dukungan lingkungan adalah dalam hal tayangan TV, pemilik modal, sadarlah bahwa tayangan TV turut membentuk karakter anak.