MENYIKAPI PUBERTAS
#Tantangnan Gurusiana
#Harikeempatpuluhdelapan
MENYIKAPI PUBERTAS
Marak pemberitaan di televisi tentang kenakalan remaja dan pergaulan yang melanggar norma. Bahkan dalam keseharian, kita juga bisa menjumpai remaja yang tidak tertib di jalan raya, tidak cerdas menggunakan media sosial, dan tidak harmonis dalam pergaulan.
Tidak semua masyarakat memahami latar belakang perilaku mereka. Akibat kurang paham, sebagian orang dewasa masih kurang tepat dalam menyikapi perilaku itu. Sebagian yang lain menyalahkan pubertas sebagai penyebabnya.
***
Lalu apa sebenarnya pubertas itu?
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi biologis. Pubertas merupakan suatu tahap perkembangan seorang anak menjadi dewasa.
Masa pubertas merupakan peristiwa yang penting dalam hidup anak. Masa pubertas dalam kehidupan dimulai saat berumur sekitar 8 sampai 10 tahun. Pubertas akan berakhir lebih kurang di usia 15 sampai 16 tahun. Pada masa pubertas, baik remaja perempuan maupun laki-laki akan merasakan adanya perubahan dalam tubuh. Hal ini terjadi karena adanya perubahan hormon-hormon dalam tubuh remaja.
Selama masa pubertas, fungsi otak depan anak sudah mulai aktif sehingga mereka tidak lagi bisa diberikan sesuatu yang dogmatis. Sebaliknya, anak usia tersebut sudah bisa diajak berkompromi dengan cara musyawarah atau tawar-menawar. Dan orang tua hendaknya mampu berdiskusi dan melakukan kompromi, agar anak bisa menyeimbangkan emosi.
Menurut Erik Erikson, Psikolog Jerman, masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Pada masa pubertas, remaja cenderung mengalami perubahan suasana hati seperti cepat marah, sulit menentukan pilihan, dan munculnya keinginan untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Pada masa pubertas ini, remaja juga akan menjadi lebih sensitif dan egois. Remaja cenderung membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, yang mengakibatkan rasa minder atau malah memicu rasa sombong.
“Anak di masa pubertas harus diberikan arah dengan perlakuan yang harus masuk akal,” kata Efnie Indrianie, MPsi, psikolog keluarga. Untuk itu, peran orang tua dan guru sangat penting dalam membantu menyikapi masa pubertas. Orang tua yang memiliki banyak informasi dan pengetahuan bisa memberikan penjelasan yang masuk akal. Kenali sifat anak, sehingga orang tua bisa menentukan langkah atau cara pendekatan yang tepat dalam menyikapi anak yang sedang pubertas.
Orang tua harus menyiapkan anak dengan pemahaman yang baik. Dengan pemahaman yang baik, anak dapat menyikapi secara positif perubahan yang terjadi pada masa pubertas. Jangan sampai timbul sikap negatif yang akan memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
***
Bagaimana menyikapi anak pada fase puberta?
Selain keterbukaan pada anak, orangtua dan guru juga harus membuka diri terhadap perkembangan zaman atau tren, seperti media sosial. Remaja juga harus menjaga diri dan mengetahui ciri-ciri pubertas agar tidak bingung dan salah dalam menyikapinya, baik secara fisik maupun psikis.
Fase pubertas pada seorang remaja adalah salah satu fase dari pertumbuhannya. Fase ini tidak dapat dihindari karena merupakan salah satu tahap dalam siklus pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pubertas harus disikapi dengan tepat, baik oleh orangtua, guru, maupun remaja yang sedang mengalaminya.
Muarabulian, 5 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar