Emiwati

Emiwati, S. Pd. adalah alumni Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas ...

Selengkapnya
Navigasi Web
TARI SEKAPUR SIRIH
INFO BUDAYA

TARI SEKAPUR SIRIH

#Tantangan Gurusiana

#Hari Keduapuluhtiga

TARI SEKAPUR SIRIH

Oleh Emiwati, S. Pd.

Tarian sekapur sirih adalah tarian tradisional Jambi. Tarian ini termasuk tarian adat. Tarian yang cukup terkenal di daerah Jambi ini biasanya ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu terhormat yang berkunjung ke Jambi. Tarian ini, selain menarik, juga mempunyai nilai sakral dalam budaya Suku Melayu Jambi. Kolaborasi gerak alami yang gemulai, dengan iringan music tradisi, dan lagu khas melayu, membuatnya semakin menarik, dan semakin populer di kalangan masyarakat.

Sekarang, tarian ini tidak hanya untuk menyambut tamu dari luar Jambi, yang berkunjung ke Jambi. Tamu-tamu terhormat dan kenegaraan dalam wilayah Jambi pun, sekarang disambut dengan tari sekapur sirih ini. Salah satu contohnya adalah kunjungan Gubernur Jambi ke SMP Negeri 3 Batanghari pada Sabtu, 5 November 2019.

Tarian ini dimaknai sebagai sikap keterbukaan masyarakat dalam menyambut para tamu yang datang. Selain itu, Tari Sekapur Sirih juga dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat atas kedatangan tamu tersebut. Tari ciptaan Firdaus Chatab pada tahun 1962 ini, telah ditata ulang atau diaransemen kembali oleh O.K.Hendri pada pertengahan tahun 1967. Dalam tarian itu, sedikitnya ada lima gerakan yang menggambarkan kegembiraan dan penghormatan terhadap tamu.

Kelima gerakan Tari Sekapur Sirih tersebut yaitu : Gerakan melenggang. Gerakan ini adalah gerakan pembukaan awal tarian. Gerakan sembah tinggi. Gerakan ini dilakukan penari dengan duduk bersimpuh di lantai sebagai simbol penghormatan pada tamu yang datang. Gerakan merentang kepak. Gerakan ini dilakukan setelah melakukan sembah tinggi. Para penari memainkan jari lentik dan tangannya sebagai tanda kelembutan.

Selanjutnya gerakan bersolek. Gerakan ini menggambarkan wanita yang sedang bersolek dan berhias seperti gerakan bercermin, mengenakan gincu, dan memakai pupur. Gerakan bersolek memiliki makna bahwa masyarakat Jambi yang selalu mempersiapkan penyambutan terhadap tamunya. Tarian ini diakhiri dengan penyajian sirih kepada setiap tamu yang datang.

Setelah itu gerakan berputar. Merupakan gerakan akhir yang dilakukan dengan berputar penuh sebelum penari turun dari panggung. Gerakan ini ada 2 macam, yaitu gerak putar setengah dan gerak putar penuh.

Tari Sekapur Sirih selalu diiringi oleh tetabuhan alat musik tradisional khas Melayu Jambi, yang didominasi oleh gambus dan rebana. Alat musik lainnya yang digunakan adalah gendang, akordion, dan biola. Gong juga kerap hadir mengiringi tarian ini. Selain itu, gerakan tari juga dapat diiringi oleh senandung lagu melayu yang berjudul Jeruk Purut. Kendati demikian lagu ini sebetulnya tidak begitu diwajibkan adanya.

Setting Panggung Sekapur Sirih biasanya secara berkelompok oleh 9 orang penari wanita dan 3 orang penari pria. Khusus untuk penari pria, mereka dibagi dengan 2 tugas, yaitu 1 orang bertugas membawa payung dan 2 orang lainnya bertugas sebagai pengawal penari.

Sekarang Sekapur sirih umumnya dipentaskan dengan enam orang penari, satu orang pembawa cerano atau tempat sirih, dan satu orang pembawa payung. Mereka menari dengan gerakan lemah gemulai menyambut tamu istimewa. Selanjutnya pembawa cerano mengulurkan cerano berisi sirih dan kelengkapannya kepada tamu tersebut, sebagai tanda persembahan. Sementara pembawa payung, memayungi dan mengawal tamu tersebut.

Sebelum pemetasan Tari Sekapur Sirih, para penari dihias dan diwajibkan menggunakan kostum khusus. Untuk para wanita kostum yang digunakan terdiri dari baju kurung dalam yang dibungkus balutan songket sebagai bawahan, serta hiasan ladi kepala, seperti sanggul Lipat Pandan, kembang goyang, cempako, dan beringin, dilengkapi dengan beragam aksesoris, seperti teratai, pending, dan gelang kilat bahu, gelang kano, gelang pipih, dan gelang buku beban.

Properti yang harus disiapkan dalam pertunjukan tari sekapur sirih ini adalah dalam cerano/peti kecil, keris, payung, daun sirih, kapur sirih, dan gambir. Isi cerano disajikan kepada tamu untuk dicicipi sebagai bentuk penghormatan kepada mereka. Sementara keris dan payung digunakan penari pria sebagai simbol penjagaan dan keamanan bagi tamu yang datang.

Demikian info budaya hari ini. Semoga adat budaya peninggalan leluhur kita tetap terjaga.

Salam Budaya

Muarabulian, 12 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

12 Feb
Balas

Mksh Ade Apriati, sudab berkunjung

12 Feb

Lengkap ulasannya Bu, sukses selalu

18 Sep
Balas



search

New Post