Perkenalan saya dengan bu ilfa bermula ketika kami mengikuti bimtek PemBaTIK di hotel aksi. Bu ilfa dari Pulau Belitong itu begitu bersemangat mengikuti bimtek hingga menjadi duta Rumah Belajar Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2018. Sambil ngobrol, beliau menunjukkan bukunya yang sudah terbit melalui media guru. “Kututup auratku”, begitu judul buku bu ilfa. Seketika saya terkesima dengan bu ilfa dan akhirnya menjadi bersemangat mengikuti kegiatan sagusabu ini. Mengingat pula angka kredit yang bisa dihasilkan jika saya bisa menerbitkan sebuah buku. Mulailah saya berangan – angan dan bermimpi untuk menjadi penulis. Ide – ide segar berseliweran untuk segera ditulis.

Ketika sampai di gedung OR pemkot dan menerima materi dari bu wiwik dan bu istiqomah semua ide – ide menjadi buyar bahkan di rumah saya menjadi takut untuk menulis. Padahal bu istiqomah sudah menularkan semangat untuk menulis dengan jurus mabuk. Tak mampu memulai. Niat saya untuk membuat memoar pun menjadi buyar. Sepanjang malam melalui pencarian internet saya melihat referensi beberapa memoar, kelebihan dan kekurangan tulisan memoar. Dengan berbagai teknik yang ribet itulah kemudian saya menjad takut dan sangsi untuk menulis. Apakah saya bisa menerbitkan sebuah buku memoar yang saya impikan. Mengingat memoar haruslah menyamarkan tokoh – tokoh bahkan waktu dan kejadian yang terjadi demi kebaikan masing – masing pihak.

Dihari kedua ini kami ditugaskan untuk menulis kesan dan pesan di kegiatan sagu sabu ini. Untuk maksud itulah saya menulis kolom ini. Rasa yang membuncah antara impian, harapan, dan kenyataan yang terlalu banyak kesenjangan. Ketika melihat pemateri yang begitu menginspirasi, saya menjadi kerdil dengan berbagai kelemahan. Apakah saya bisa menulis buku. Semoga ada jalan dari Yang maha Kuasa untuk memudahkan langkah saya. Bahwa setiap episode kehidupan sudah di takdirkan oleh Allah, tinggal ikhtiar untuk menjemputnya. Tinggal usaha maksimal serta doa yang optimal. Semoga impianku membuat sebuah buku bisa terwujud ditengah minimnya pegetahuan dan gundah gulana rasa.

Emma Hafiza, S. Pd

Guru SMK Negeri 5 Pangkalpinang

Alumni Sagusabu 2 Pangkalpinang