Cintamu pada negeri dan nasib rakyatmu membuat Allah memudahkan langkahmu menuju puncak kepemimpinan. Engkau jadikan Allah sebagai ghayyah. Berpegang teguh pada Al-Qur'an. Menjadikan Rasulullah Saw sebagai pigur pemimpin. Jihad sebagai jalan juang dan syahid di jalan-Nya, membuat gerakmu begitu kuat menggetarkan nyali para pendusta kebenaran.

Aku tak begitu mengenalmu. Namun ruh semangat juangmu membela kaum Muslimin dan rakyat yang tertindas di negerinya sendiri membuat semua orang bangga dan menaruh cahaya harapan padamu.

Istana yang luas engkau jadikan tempat yang nyaman bagi para fakir miskin. Toleransi Islam pada para non-muslim pun engkau tunjukkan dengan begitu indah. Jilbab kebanggaan kaum muslimah berkobar dengan bangga dipakai di setiap sudut negeri Mesir. Hidup aman dan nyaman dalam negeri Islam kau tunjukkan dengan begitu santun.

Setahun lamanya, engkau menunaikan janji Rabb-mu dengan penuh ketundukan pada-Nya. Amanah kekuasaan yang menjadi rebutan para penjilat dan haus kekuasaan kau genggam dengan penuh keadilan.

Retorika licik bergulir dengan lembut namun pasti membuat engkau tersingkir.

Penjara yang gelap, sempit, bau, dan tak berperikemanusiaan pun menjadi tempat munajtmu pada Sang Khaliq. Al-Qur'an di dadamu membuat engkau selalu kuat dengan ijin-Nya. Kerinduan yang mendalam untuk menyentuh dan membaca langsung Al-Qur'an terus membuncah seiring dekatnya hari pertemuan.

Allah menjadi saksi atas cintamu pada negeri Mesir, Palestina, Suriah, dan negeri-negeri Islam.

Di hadapan para budak hukum engkau menggelorakan semangat kebenaran. Meninggikan kalimat Allah dan menurunkan izah para pendusta. Di pengadilan inipun Allah Sang Penguasa mengirimkan Malaikat-Nya menjemput mu. Kaupun pergi dengan kalimat tauhid. Penantian panjangmu untuk bertemu Rabb-mu kini telah tersampaikan.

Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang Ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS. Al-Fajr : 27-30)