Di bulan akhir tahun 2009, kami para mahasiswa STAIN Kediri (sekarang IAIN Kediri) yang berjumlah 29 orang diterima sebagai mahasiswa beasiswa dari Kementerian Agama. Setiap mahasiswa yang diterima tersebut diwajibkan mondok di Pondok Pesantren yang sudah diajak kerja sama oleh Rektor STAIN Kediri.

Kehidupan baru dimulai di Pondok Pesantren Salafiyyah Bandar Kidul, dari jumlah 29 orang, 14 orang di pondok putri dan 15 orang di pondok putra. Di pondok putri kami yang nerjumlah 14 dibagi dalam dua kamar kira-kira berukuran 3 x1,5 m. Di dalam kamar terdapat rak sepanjang kamar, sisanya cukup untuk kita bertujuh selonjoran.

Pada hari pertama, semalaman kami tidak bisa tidur. Semalam mengobrol hingga bercerita saling berbagi kisah. Untuk menghilangkan kejenuhan kami bermain tebak-tebakan, sungguh membuat tersenyum sendiri jika mengingatnya. Karena yang kalah dalam permainan, wajahnya ditaburi bedak tabur bayi.

Setiap waktu kita sambut dengan senyum bersama, dua dunia yang kita jalani tak mudah untuk dilewati. Bagi kita membagi dua waktu, selain sebagai mahasiswa kami juga santri di pondok. Benar-benar dua dunia yang harus kita seragamkan. Beberapa aturan dipondok sedikit membuat kami kebingungan, karena seperti laptop dan hp saat itu dilarang. Sedangkan kami sebagai mahasiswa kedua alat tersebut merupakan alat perang.

Memang dunia pesantren mempunyai ciri khas sendiri, banyak ajaran moral yang diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Meski secara kasat mata dipandang sedikit tidak biasa namun di baliknya terdapat pesan yang luar biasa.

Pondok pesantren adalah tempat manusia benar-benar ditempa dengan kehidupan sosial yang beragam, bukan hanya ajaran agama akan tetapi cara berkehidupan yang penuh dengan perbedaan. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.