PUISI
KEPADA CALON PRESIDENKU
Musim hujan bulan Oktober
Ibuku sakit tak sembuh-sembuh
Bapakku judi tak pernah menang, tak pernah jera
Koran yang kujajakan tak pernah habis tak pernah berlaba
Adik perempuanku bermimpi dan mengigau sebuah boneka dipangkuannya
karena bertahun dia mendamba tak kunjung punya
Hatiku dendam
Aku berlari ke jalan-jalan raya
Kutatap nanar orang-orang bermobil mewah
Tertawa-tawa bertelepon dengan handphone mahal
Berbincang-bincang hal-hal yang remeh dan tak penting
Hatiku mendendam
Kutoleh diseberang jalan
disebuah rumah makan bertingkat berkaca bening
Orang-orang berbaju bagus menuju kasir
Membayar ratusan ribu untuk sekali makan
kemudian sekeluarga saling bergelayut menuju pasar mewah ditengah kota
Menenteng belanjaan harga berjuta-juta
Menuju mobil-mobil mewah terparkir rapi
Hatiku dendam
Jauh dari kampung kumuhku
Kusaksikan gedung sekolah berjajar-jajar
Riuh rendah suara-suara siswa menjelang beristirahat
Saling bercanda, saling tertawa, saling membully
Berjalan cepat menuju kantin belakang sekolah
Makan dan bercanda tanpa dosa
Entah sudah terserap atau belum ilmu yang guru berikan ke mereka
Bapak ibuguru berpakaian necis melenggang ke ruang guru
Mungkin menyiapkan pelajaran selanjutnya
Mungkin juga tak berpikir apa apa
Mereka bahagia di sekolah yang bertaman bermacam bunga
Hatiku mendendam
Sampai kapan hatiku mendendam
Sampai kapan hidupku kekurangan
Belum habis aku mendendam
Langit menghitam dan mendung bergayut tebal
Aku berlari-lari pulang takut kehujanan
Membasahi koranku yang terjaja sebagian
dan membasahi uang lusuh dikantong celana
aku berlari lari menembus batas pengharapan
Calon-calon presiden kupanggil teriak-teriak
Calon-calon presiden kulambai-lambai
Calon-calon presidenku berjanji-janji
Calon-calon presidenku berkata-kata
Selantang aku berteriak teriak
Tengoklah kesini
ke baju lusuhku
ke gubug reyotku
Ke ibuku yang sedang sakit pilu
ke bapakku yang pingsan dari nurani
dan ke adik perempuanku yang bermata sembab
dan selalu merengek minta boneka
Raihlah tanganku, raihlah harapanku
raihlah keluargaku dari kepapaan
Agar dendam ini memudar
Agar lunas janji yang kau tebar
Dan menyelamatkanmu dari siksa karna kau mau mempedulikan kami
(salam dari dendam panjangku )
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
"salam dari dendam panjangku", dalem banget.
hehe..biar keliatan dramatis pak
sippp... lanjutkan! semangat
mksh mb eva.. lanjut jg buat njen
ehm.. benar-benar meluap kesalnya.. semoga terarah. Salam
terimakasih pak..
Semoga dodengar calon presiden. Bagus banget pesan sosialnya..
terimakasih pak.. aamiin.. hehe
manteppp ... :)
mksh pak Agus Suryadi, semoga tulisan njen semakin lancar