Endah Dwi Sayekti, S.Psi, M.Si

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PUISI

KEPADA CALON PRESIDENKU

Musim hujan bulan Oktober

Ibuku sakit tak sembuh-sembuh

Bapakku judi tak pernah menang, tak pernah jera

Koran yang kujajakan tak pernah habis tak pernah berlaba

Adik perempuanku bermimpi dan mengigau sebuah boneka dipangkuannya

karena bertahun dia mendamba tak kunjung punya

Hatiku dendam

Aku berlari ke jalan-jalan raya

Kutatap nanar orang-orang bermobil mewah

Tertawa-tawa bertelepon dengan handphone mahal

Berbincang-bincang hal-hal yang remeh dan tak penting

Hatiku mendendam

Kutoleh diseberang jalan

disebuah rumah makan bertingkat berkaca bening

Orang-orang berbaju bagus menuju kasir

Membayar ratusan ribu untuk sekali makan

kemudian sekeluarga saling bergelayut menuju pasar mewah ditengah kota

Menenteng belanjaan harga berjuta-juta

Menuju mobil-mobil mewah terparkir rapi

Hatiku dendam

Jauh dari kampung kumuhku

Kusaksikan gedung sekolah berjajar-jajar

Riuh rendah suara-suara siswa menjelang beristirahat

Saling bercanda, saling tertawa, saling membully

Berjalan cepat menuju kantin belakang sekolah

Makan dan bercanda tanpa dosa

Entah sudah terserap atau belum ilmu yang guru berikan ke mereka

Bapak ibuguru berpakaian necis melenggang ke ruang guru

Mungkin menyiapkan pelajaran selanjutnya

Mungkin juga tak berpikir apa apa

Mereka bahagia di sekolah yang bertaman bermacam bunga

Hatiku mendendam

Sampai kapan hatiku mendendam

Sampai kapan hidupku kekurangan

Belum habis aku mendendam

Langit menghitam dan mendung bergayut tebal

Aku berlari-lari pulang takut kehujanan

Membasahi koranku yang terjaja sebagian

dan membasahi uang lusuh dikantong celana

aku berlari lari menembus batas pengharapan

Calon-calon presiden kupanggil teriak-teriak

Calon-calon presiden kulambai-lambai

Calon-calon presidenku berjanji-janji

Calon-calon presidenku berkata-kata

Selantang aku berteriak teriak

Tengoklah kesini

ke baju lusuhku

ke gubug reyotku

Ke ibuku yang sedang sakit pilu

ke bapakku yang pingsan dari nurani

dan ke adik perempuanku yang bermata sembab

dan selalu merengek minta boneka

Raihlah tanganku, raihlah harapanku

raihlah keluargaku dari kepapaan

Agar dendam ini memudar

Agar lunas janji yang kau tebar

Dan menyelamatkanmu dari siksa karna kau mau mempedulikan kami

(salam dari dendam panjangku )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"salam dari dendam panjangku", dalem banget.

31 Jul
Balas

hehe..biar keliatan dramatis pak

31 Jul

sippp... lanjutkan! semangat

01 Aug
Balas

mksh mb eva.. lanjut jg buat njen

10 Aug

ehm.. benar-benar meluap kesalnya.. semoga terarah. Salam

31 Jul
Balas

terimakasih pak..

31 Jul

Semoga dodengar calon presiden. Bagus banget pesan sosialnya..

31 Jul
Balas

terimakasih pak.. aamiin.. hehe

31 Jul

manteppp ... :)

07 Aug
Balas

mksh pak Agus Suryadi, semoga tulisan njen semakin lancar

10 Aug



search

New Post