ENDAH HIDAYATI, S.Pd

Saat kau merasa ingin menyerah, ingatlah apa yang selama ini membuatmu bertahan Mengajar di MAN 2 KOTA KEDIRI. SD, SMP, S...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bukan Pintaku

Bukan Pintaku

Bagian 1

POV : Mbak Vitri

Mbak Vitri, aku biasa memanggilnya. Perkenalanku dengannya juga tidak sengaja. Aku bertemu di panti Pijat Tuna netra tempat ia bekerja.

Siang itu, gerimis mulai menerpa wajahku . Aku berusaha menembusnya tanpa mantel di tubuhku. Tak seberapa jauh aku melaju, gerimis telah berrganti hujan yang sangat deras . Mau tidak mau aku harus menghentikan laju motor ku , berhenti mencari tempat berteduh. Tanpa pikir panjang ku berhentii di depan rumah putih berpagar besi yang terbuka lebar. Segera ku parkir motor, ku berlari di depan teras nya. Dingin sekali, ku mulai menggigil, bibirku bergetar, tanda kedinginan yang memuncak. bagaimana tidak dingin, hujan di sertai angin yang kencang menerpa tubuhku yang telah sedikit basah.

Tiba-tiba,

" Bu, silakan masuk di teras, anginnya kencang, badan ibu tampak kedinginan. ibu bisa duduk di sini, ada kursi panjang, silakan, " sorang anak laki-laki berperawakan kurus, menyadarkan lamunanku, menyilakan saya masuk dan duduk di terasnya. Tanpa pikir panjang, aku mengikuti ajakannya, "Terimakasih, mas. saya duduk di sini mas," uacapku sambil menggeser kursi panjang di dekatnya. " saya Ody, bu, petugas di panti sini. Saya sudah satu tahun menjaga dan menerima pembayaran dari pasien yang pijat disini, " kata pemuda itu. Aku mendengarkan perkataannya, sambil melihat tulisan yang menempel di dinding dengan huruf kapital tertulis " PANTI PIJAT TUNA NETRA PROFESIONAL".

Ody melanjutkan uacapannya, " ada Bu Mirah, mbak Vitri, Bu Tanti, dan Bu Yatmi, bu yang bekerja di sini. Ada juga yang pria, dua orang. Satu nya suami mbak Vitri. yang satu masih famili bu Mirah dari Banyuwangi. " Jauh juga asal mereka, mas, " jawabku. " Iya , Bu, yang disini cabang Bu, kalau Pusat nya di dekat kantor Bupati. " sahut Ody. " Ibu, sepertinya hujan masih lama berhenti, ibu tidak bisa pulang sampai hujan reda. Ibu tidak bawa mantel pula. sambil menunggu ibu bisa mencoba pijat di sini. Ongkosnya 40 ribu. Kurang lebih 1, 5 jam. " ody masih melanjutkan penjelasannya. " anak ini ramah juga, pandai menawarkan jasa pijat tempatnya bekerja. " pikirku dalam hati. aku masih pikir-pikir untuk menerima tawarannya. Maklum belum pernah aku pijat di tempat yang asing, apalagi dengan orang tuna netra pula. Karena aku terbiasa dengan Bik Rob, tukang pijat langganan kami di desa.

" Yahh, baiklah mas Ody, saya akan mencoba pijatan mbak Vitri . " jawabku. kasihan juga melihat wajah polos Ody sangat berharap aku mau pijat .Lagian hujan masih sangat deras dan berangin. Lebih baik aku menungu sambil mencoba pijatan dari mbak Vitri. Sudah lama pula ku tak pijat. Hampir setahun.

" Silakan masuk Bu. Ini kamarnya. Ibu dapat menunggu mbak Vitri di dalam kamar" ajak Ody sambil menun jukkan kamar nya kepadaku. " Saya panggilkan mbak Vitri dulu, Bu."

Bersambung

# tantangan hari ke 18

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post