Bagai Buih Di Pantai

#tmg55@pentigraf

Menjelang senja. Tak ada merah yang menjingga. Semburat emas pun samar. Cakrawala hampir tak nampak. Kakinya terkubur kabut. Meremang. Mentari bercermin di lautan. Terlihat menari di antara desiran ombak.

Sesekali kita bergantian. Membetulkan posisi duduk. Saling beradu punggung. Bergulung-gulung ombak datang. Pecah. Menghempas. Namun seakan tubuh kita tak basah olehnya. Pandangan kita ke arah yang berbeda. Meski sama yang dipandang adalah lautan yang diam dan perkasa. Seperti diamnya kita, saat itu. Tanpa kata. Hanya gemuruh ombak yang memecah sunyi. Mengajari kita untuk tetap perkasa, gigih bagai laut yang tak pernah lelah untuk mencumbui bibir pantai. Meski berkali-kali harus menjauh. Kenangan kita bertahan sampai hari ini bahkan selamanya meski pasir pantai perlahan mengikis.

Saat ini, hari hampir berakhir. Dan, ombak pun terus saja menyapu lukisan kenangan yang tersimpan di pantai. Namun tak mampu menghapus namamu yang telah terukir dalam hingga palung. Rembang petang jembatan menuju kelam. Laut pun masih tetap diam. Menampung segala apa. Karena diamnya sungguh perkasa. Rasaku seperti buih di pantai, pasang surut tetapi tak pernah hilang. Diamku tenang bagai lautan. Namun gelisahku laksana ombak, bergemuruh tiap kali datang. Berlaut - laut rinduku. Akan aku titipkan pada laut yang diam perkasa. Karena lapang dadaku sungguh tak seberapa. Tak seperti laut, yang tak pernah bertanya mengapa dipertemukan dengan pantai.

Banjarnegara, 27 November 2020