Endah Sri Warniningtyas

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Batam in Love

Batam in Love

Dengan topik pulau Batam aku bisa menjalin komunikasi dengan calon suamiku. Lelaki manis yang irit omong akhirnya bisa berbicara dengan lancar hanya karena pulau Batam. Memang aku tidak bertemu dia di Pulau ini tapi aku dan dia sama – sama pernah singgah di pulau ini. Dia bertahun-tahun sebagai pekerja dan aku hanya seminggu untuk kegiatan kantor. Topik pulau inilah sebagai topik awal perkenalan kami. Ini yang membuat aku dan dia mantap menentukan pilihan sebagai pasangan hidup.

Seiring berjalannya waktu sesekali aku dan dia berpikir untuk bisa berangkat ke Batam lagi tetapi apa mau dikata belum ada takdir untuk kesana. Aku dan Dia memimpikan untuk bisa ke Batam walau hanya untuk sekedar bulan madu kedua disana.

Berita itu datang tiba-tiba ditengah malam ketika aku dan dia sedang terbangun melamunkan kota Batam. Adik suamiku meninggal mendadak di Batam malam ini. Bagai tersengat listrik ribuan volt suamiku tertuduk lesu sambil menahan tangis menerima kabar adiknya meninggal mendadak tanpa sakit. Dia membayangkan 4 anaknya yang akan menjadi anak-anak yatim. Terbayang terakhir kali bertemu 4 tahun yang lalu karena sudah 4 tahun adiknya tidak pulang kampung. Aku dan dia terdiam tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Sisa malam aku lalui tanpa bisa memincingkan mata.

Dini hari setelah sholat subuh kami bergegas meuju rumah ibu mertuaku. Kakak iparku yang tinggal bersama ibu tidak mampu mengabarkan berita ini. Adikku adalah anak kesayangan ibu. Kakaku menunggu suamiku untuk mengabarkannya. Dengan susah payah akhirnya sampailah berita itu. Menjerit dan menangis sekeras-kerasnya itu yang dilakukan ibuku begitu mendengar kabar itu. Dengan segala upaya kami tenangkan beliau. Akhirnya kami berunding dan diputuskanlah untuk berangkat ke Batam karena tidak mungkin untuk membawa adik pulang ke Malang.

Inginku tidak ikut, karena aku harus ijin meninggalkan kantor paling tidak 1 minggu setelah 7 hari kematian adikku baru bisa pulang. Tetapi apa kata suamiku “kamu ikut karena ini kita ke Batam”. Inilah suamiku yang selalu ingin berdua denganku melewatkan hari-hari baik suka dan duka. Dan inilah kali pertama aku dan dia bergandengan tangan dalam pesawat menuju pulau yang diimpikan dalam suasana yang tidak diinginkan.

Batam in Love

Dengan topik pulau Batam aku bisa menjalin komunikasi dengan calon suamiku. Lelaki manis yang irit omong akhirnya bisa berbicara dengan lancar hanya karena pulau Batam. Memang aku tidak bertemu dia di Pulau ini tapi aku dan dia sama – sama pernah singgah di pulau ini. Dia bertahun-tahun sebagai pekerja dan aku hanya seminggu untuk kegiatan kantor. Topik pulau inilah sebagai topik awal perkenalan kami. Ini yang membuat aku dan dia mantap menentukan pilihan sebagai pasangan hidup.

Seiring berjalannya waktu sesekali aku dan dia berpikir untuk bisa berangkat ke Batam lagi tetapi apa mau dikata belum ada takdir untuk kesana. Aku dan Dia memimpikan untuk bisa ke Batam walau hanya untuk sekedar bulan madu kedua disana.

Berita itu datang tiba-tiba ditengah malam ketika aku dan dia sedang terbangun melamunkan kota Batam. Adik suamiku meninggal mendadak di Batam malam ini. Bagai tersengat listrik ribuan volt suamiku tertuduk lesu sambil menahan tangis menerima kabar adiknya meninggal mendadak tanpa sakit. Dia membayangkan 4 anaknya yang akan menjadi anak-anak yatim. Terbayang terakhir kali bertemu 4 tahun yang lalu karena sudah 4 tahun adiknya tidak pulang kampung. Aku dan dia terdiam tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Sisa malam aku lalui tanpa bisa memincingkan mata.

Dini hari setelah sholat subuh kami bergegas meuju rumah ibu mertuaku. Kakak iparku yang tinggal bersama ibu tidak mampu mengabarkan berita ini. Adikku adalah anak kesayangan ibu. Kakaku menunggu suamiku untuk mengabarkannya. Dengan susah payah akhirnya sampailah berita itu. Menjerit dan menangis sekeras-kerasnya itu yang dilakukan ibuku begitu mendengar kabar itu. Dengan segala upaya kami tenangkan beliau. Akhirnya kami berunding dan diputuskanlah untuk berangkat ke Batam karena tidak mungkin untuk membawa adik pulang ke Malang.

Inginku tidak ikut, karena aku harus ijin meninggalkan kantor paling tidak 1 minggu setelah 7 hari kematian adikku baru bisa pulang. Tetapi apa kata suamiku “kamu ikut karena ini kita ke Batam”. Inilah suamiku yang selalu ingin berdua denganku melewatkan hari-hari baik suka dan duka. Dan inilah kali pertama aku dan dia bergandengan tangan dalam pesawat menuju pulau yang diimpikan dalam suasana yang tidak diinginkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah ia masih di Batam InsyaAllah akan disampaikan take my love for you

25 Apr
Balas

Batam in Love, kisah cinta, nyata dan indah, walaupun dirundung duka tetap saja perjalanan romantis ya...

02 May

sekarang masih di Batam atau sudah di malang lagi mbak?cerita dong kesan ikut workshop di Batam. By the way, give my best regard to your husband...

25 Apr
Balas

Batam in Love...Mantap bu Endah...

11 May
Balas



search

New Post