endah susilawati

Guru SMKN 1 Nglegok Kab Blitar Menulis apa saja untuk meningkatkan kompetensi ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Rahasia Dapur Kami

Rahasia Dapur Kami

Tantangan hari ke 88

Hal positif yang saya rasakan selama WFH adalah kami sekeluarga dapat berkumpul di rumah. Si Sulung yang baru saja menjadi ibu memutuskan melahirkan di rumah. Merasa lebih nyaman tinggal di rumah orangtua sendiri, katanya. Yah tentu saja kami dengan senang hati menerimanya. Mendapat kesempatan merawat cucu lebih dulu dari pada besan. Si bungsu yang sedang menjalani masa akhir kuliahnya juga terpaksa mengerjakan Tugas akhirnya di rumah.

Bagi kami moment seperti ini sangat langka. Sejak si sulung kuliah kami jarang sekali berkumpul dalam formasi lengkap. Apalagi pada saat ramadhan seperti saat ini. Sebelumnya, mereka mudik di saat menjelang hari raya. Semua karena kesibukan mereka. Sibuk kuliah atau sibuk bekerja. Dan kami, biasanya melewati buka dan sahur hanya berdua saja.

Kami baru menyadarinya sekarang setelah mengenang ramadhan-ramadhan lalu. Biasanya, saya juga tidak jenak tinggal di rumah saat ramadhan. Ada saja urusan yang harus diselesaikan. Mengajar tetap terjadwal seperti biasa bahkan ketambahan jadwal pondok romadlon dimana saya harus wira-wiri mengurusi siswa yang bermukim di pondok.

Tetapi tidak untuk saat ini. Formasi kami lengkap, bahkan ketambahan si kecil, cucu yang baru berusia duapuluh hari. Eh tidak lengkap juga sih, karena mantu yang tidak bisa bergabung karena harus bekerja. Tetapi lumayanlah, rumah kami terasa bernyawa dengan kehadiran mereka.

Saya merasa seperti kembali pada sekian tahun yang lalu saat anak-anak masih kecil atau remaja. Belum ada yang meninggalkan rumah dengan alasan apapun. Masak bersama, buka dan sahur bersama. Bedanya, kalau dulu saya yang memegang kendali dapur, sekarang tidak. Tugas itu diambil alih oleh si bungsu. Dan saya baru menyadari ternyata si bungsu sudah prigel untuk urusan seperti itu. Sekarang dia yang menjadi leader dan saya asistennya.

Hal yang tidak pernah kami lewatkan saat memasak bersama adalah bercerita. Itulah moment yang paling efektif untuk membangun komunikasi dengan anak-anak. Sambil mengiris bawang kami saling bertukar cerita. Kadang saya bercerita tentang tingkah polah siswa di sekolah, dari yang konyol sampai yang dramatis hingga menguraikan air mata. Di saat lain saya bercerita tentang masa kecil, masa kecil kami atau masa kecil mereka. Hal yang sama juga terjadi pada mereka. Ada saja yang diceritakan. Tentang tingkah polah teman sekantor atau teman sekampus. Kami saling antusias mendengarkan cerita yang kami sampaikan. Bahkan, dapur kami bukan hanya tempat cerita ringan. Drama Korea atau diskusi berat semacam mengupas isue sosial dan tingkah polah politisipun kami diskusikan di dapur. Pendek kata acara memasak dan dapur adalah tempat kami berbagi.

Saya merasa sebagai emak yang beruntung karena mempunyai dua anak gadis. Karena anak saya gadis maka waktu bersama saya dengan mereka lebih banyak. Banyak kegiatan yang dapat kami lakukan bersama. Kalau ada yang harus saya transfer kepada mereka, maka di dapurlah tempatnya. Sambil mencuci piring atau mengiris bawang atau menggoreng tempe.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post