#TantanganGuarusiana

Bagian 4

Bu Afifa baru saja mandi dan bersiap untuk sholat isya. Suara ponselnya terdengar nyaring. Wanita itu  mengangkat ponsel sambil menggeser  kursi di kamarnya.

    “Ini dengan bu Afifa?  Haloo, saya ibunya Andri.” Suara diseberang sana terdengar keras.

“Iya, betul. Ibu sudah sampai di rumah?”  Bu Afifa  nampak tersenyum.

     “Sudah, Bu. Saya ucapkan terima kasih sudah memberi ponsel pada Andri. Makasih, Bu... Saya mungkin tak bisa membalas kebaikan ibu, tapi Tuhan yang akan membalasnya ya Bu.”

“Sama-sama... Yang penting Andri besok bisa ikuti pelajaran lagi ya Bu.  Kami sempat banyak ngobrol. Andri juga sudah menceritakan tentang penyakitnya.”

    “Dia mau cerita? Biasanya dia tutupi, Bu. Dia nggak mau cerita-cerita ke  orang lain,” ungkap ibu Andri.

“Syukurlah, berarti Andri sudah bisa nyaman dengan saya ya,” sahut  bu Afifa.

     “Andri keliatan senang sekali. Pas saya pulang, dia lagi buat tugas dari Ibu katanya. Lagi bikin komik atau apa ya, pake digital katanya.”

“Ooo iya..., saya memang pernah memberi tugas membuat komik. Tapi itu tugas minggu lalu. Andri nggak mengerjakan  dengan digital, tapi dia menggambar pada kertas gambar. Hasilnya bagus sekali.”

     “Iya, Bu..., Andri memang bisa menggambar. Waktu SD pernah juara 1 menggambar antar sekolah.”

Kalimat itu membuat bu Afifa berpikir kembali. Membuat ia tersadar. Mengapa ia tak merespon  bakat yang dimiliki Andri. Padahal anak itu sudah memperlihatkan kemampuannya lewat gambar yang pernah dikirim.