#TantanganGurusiana

ERENA

Bagian 3

Mereka memilih salah satu tempat makan yang agak sepi, terletak di area stasiun Gambir. Kemudian mengambil posisi duduk dekat tembok. Pelayan memberikan menu sambil tersenyum. Feri menunjuk ayam rica-rica, kesukaan Erena.

“Kesibukanmu sekarang apa?” Feri membuka pembicaraan lagi.

“Mengajar di SMP tak jauh dari rumah.”

“Salam hormat, Ibu guru...”, Feri sedikit membungkukkan badannya sambil tertawa.

“Feri, gimana kabar mama papa?” Selidik Erena.

“Papa sehat, tapi mama bermasalah dengan kakinya.”

“Ada apa dengan kakinya?” Mata Erena membesar.

“Sakit. Mama sekarang sudah berubah.”

“Berubah?” Erena seakan ingin mengungkapkan teta-teki dari kalimat Feri.

Tanpa menjawab pertanyaan Erena, Feri menyantap hidangan di hadapannya. Erena semakin penasaran. Tapi Feri tak berusaha menjelaskan. Malah terus menghabiskan makanannya. Kemudian Erena pun mengikuti, karena memang belum sarapan.

Erena menghela nafas panjang, kemudian mengarahkan pandangan jauh ke depan.

“Erena, aku kangen. 4 tahun itu lamanya seperti empat-abad.” Feri meraih kedua tangan Erena.

“Gimana teman-temanmu di UGM? Banyak yang cantik-cantik ya. “

“Di Tehnik Sipil, kebanyakan teman dekatku laki-laki. Yang cantik ya kamu yang cuma ada di hati ini”. Feri mengucapkan kalimat sambil terkekeh.

“Gombal.” Erena menarik tangannya. Mereka tertawa bersama.

Erena teringat saat pertama kali makan ayam rica-rica. Waktu itu hanya bisa membeli sepiring ayam rica-rica, karena sisa uang jajan mereka hanya cukup untuk sepiring dan disantap berdua. Feri membayangkan lagi wajah marah mamanya saat ia terlambat sampai rumah.