#TantanganGurusiana

ERENA

Bagian 7

Jam dinding menunjukkan pukul 4 sore. Erena sudah membereskan meja kerjanya sambal menangis. Pak Dinan memperhatikan dari tempat duduknya, kemudian mendekati Erena.

“Bu Erena, apakah ada masalah lagi di rumah panti asuhan ?” selidiknya.

“Tidak Pak. Alhamdulillah sekarang tidak ada masalah lagi. Terima kasih karena Bapak telah banyak membantu.” Erena menundukkan kepalanya sambil menghapus air mata.

“Itu juga hasil kerja keras bu Erena. Ibu masih muda, tapi sudah bisa berjuang mempertahankan panti asuhan itu. Saya hanya mendukung. ” ucap pak Dinan bersahaja.

“Tapi kalau tidak ada Bapak, rumah panti asuhan itu bukan milik kami lagi.” Erena mengingat kejadian 5 bulan yang lalu.

“Itu karena kebetulan saya punya saudara yang menjadi pengacara bagus, yang bisa membantu. Jaman sekarang harus hati-hati, Bu. Banyak kejadian seperti itu. Satu bangunan ada dua sertifikat. Tapi saya juga salut dengan perjuangan Bu Erena,” ungkap pak Dinan.

“Terima kasih, Pak. Tapi terus terang saja, jika tidak ada bantuan dari Bapak dan saudara Bapak yang menjadi pengacara, tidak akan mungkin perjuangan kami berhasil,” kata Erena lembut.

Pak Dinan tersenyum. Tapi masih belum berani menanyakan tentang air mata Erena saat itu.

“Kalau ada masalah, jangan sungkan untuk cerita lagi ya,” pinta pak Dinan.

“Baik, Pak. Tapi sekarang saya harus segera pulang,” ucap Erena.

Pak Dinan mengangguk, tapi masih belum puas dengan jawaban Erena. Ia hanya bisa memperhatikan langkah Erena meninggalkan ruang guru.