@Episode 27

Mbok Nem, tidak menyadari kalau Risna menyapu membersihkan rumah, ketika dia mau membersihkan meja makan, dia melihat Risna sedang menyapu di sana.

“Lho den ayu jangan menyapu, itu pekerjaan Marni nanti, dia belum datang,” kata mbok Nem mengambil sapu di tangan Risna. Risna melongo melihatnya, dia serba salah.

“Mbok, tolong jangan panggil saya den ayu ya, panggil saja Risna, terus biarkan saya ikut bekerja, nanti saya ga bisa nelan makanan kalau ga kerja,” kata Risna kembali mengambil sapu yang dipegang mbok Nem, dan kali ini mbok Nem mengalah.

Sementara Siwi sudah siap ke kantor, dia duduk di meja makan, mbok Nem segera menyiapkan sarapan. Susu, nasi goreng kesukaan Siwi beserta telur mata sapi setengah mateng. Mbok Nem menyediakan 2 porsi, satu untuk Risna.

“Ris, ngapain kamu nyapu, itu pekerjaan Marni nanti, sini sarapan sama aku,” kata Harsiwi tulus.

“Mbak aja dulu, saya nanti sama mbok Nem, belum lapar,” jawab Risna masih terus menyapu ke teras samping. Harsiwi membiarkan saja, biarlah dia menyesuaikan diri dulu, pikirnya.

“Ya sudah, terserah kamu enaknya, jangan lupa sarapan, jaga dirimu,” kata Siwi sambil sarapan. Siwi sarapan sambil melihat agenda apa hari ini, ada meeting dengan bagian produksi dan pemasaran.

“Mbok Nem, jangan lupa Risna disuruh sarapan, tolong jaga anak itu ya mbok,” pesan Siwi pada mbok Nem. Mbok Nem sedikit heran, ada apa sebenarnya, kenapa dia mensi menjaga Risan, kelihatannya anak itu baik-baik saja, tapi dia tetap mengangguk takzim.

“Baik den ayu, akan saya jaga, maaf sudah saya larang menyapu, tapi dia ga mau,  hati-hati den ayu, semoga lancar kerjanya,” kata mbok Nem seperti pada anaknya sendiri. Sebab memang dia ikut keluarga ini sudah sejak emboknya dulu, sejak kecil dia ikut keluarga ini, seperti sudah turun temurun.

“Ya mbok, ya sudah biarkan saja,” kata Siwi sambil melangkah ke garasi.

Harsiwi mengendarai mobil Brio keluaran terbaru, menuju kantor. Sebenarnya rumah ini masih menyatu dengan kantor dan pabrik, tapi cukup jauh kalau berjalan kaki. Sampai di ruangan, pak Harso sudah menunggu.

“Assalamu’alaikum, om pagi benar, apa ada masalah?,” tanya Siwi sambil meletakkan tasnya di meja dan duduk di kuris menghadap Harso.

“Tidak ada, hanya pengin dengar ceritamu saja, tentang anak gadis itu,” kata Harso. Risna sedikit mengernyit, sejak kapan pamannya ini perhatian sama anak gadis.

“Tumben om perhatian, dia bukan siapa-siapa, aku hanya ingin menolongnya saja,”kata Siwi. Harso sedikit tidak enak, Siwi seperti curiga padanya.

“Entahlah Wi, aku kepengin ketemu anak itu, sejak ketemu Bimo, ada perasaan tidak enak mengganjal di hatiku, perasaanku mengatakan dia seperti ada kaitannya dengan keluarga kita,” kata pak Harso.

“Om, ada-ada saja, kaitan dari mana coba,” kata Siwi heran.

“Karakter Bimo, wajahnya, mengingatkanku pada seseorang” kata Harso.

“Banyak hal yang belum om ceritakan padamu, kamu kan lama di luar negeri,” kata Harso sambil menatap Siwi, membuat Siwi semakin bingung, seperti masih ada rahasia besar yang disembunyikan lelaki setengah baya pengganti kedua orang tuanya ini.

#Bersambung

#Depok, 23 Desember 2022

#EDH