Endang Dwi Haryanti

Perjalanan hidup yang menempaku, mengantarkan ke blog gurusiana ini Walau terlambat memulai semoga tetap berarti. Menulis adalah wisata hati, tempat bebas unt...

Selengkapnya
Navigasi Web
HATI YANG LUKA (TTG 365-H- 322)

HATI YANG LUKA (TTG 365-H- 322)

@Episode ke 16

Sinar matahari memancar, menjatuhkan butiran embun yang mulai lelah bergantung. Daun-daun juga sepertinya enggan didekap kesejukan, pasrah dibelai hangatnya pagi.

“Sayur-sayur …bude sayurnya bude, segar-segar …,” tukang sayur langganan bude lewat, bude segera keluar.

“Tumben gasik mas,” kata bude sambil memilih sayuran.

“Iya bude, biar rizkinya lancar, ga keduluan pedagang lain, ni bude pesanannya,” kata Mardi si pedagang sayur sambil mengeluarkan bungkusan.

“Ada semua pesananku mas?,” tanya bude sambil membuka bungkusan.

“Cumi asin kosong bude, sedang mahal, ganti yang lain saja,” jawab Mardi sambil menyodorkan ikan tongkol dan kerang.

Wah, kecewa pembeli, ya sudah ganti ikan tongkol saja,” kata bude sambil memilih ikan tongkol yang bagus, yang akan di masak buat jualan di terminal.  Risna menyusul ingin membantu, mendadak Maritem sudah nongol saja di depan gerobak.

“Mas Mardi, cepat sekali sampai ke sini, padahal saya tunggu sejak tadi, ga mau manggil,” Maritem nyerocos, padahal katanya ga level belanja di tukang sayur, belanja di mal lebih segar dan sehat.

“Ya mbak, katanya ga level belanja sama saya, ya saya ga manggil, masih banyak pembeli lain,” kata Mardi yang memang sudah tahu gelagat Maritem, mau belanja dengan Mardi kalau tidak punya uang, alias mau ngutang, kalau punya uang belanja di supermarket.

“Eh, sampean ya, baru jadi tukang sayur saja sudah sombong, pembeli itu raja harus dihormati, saya bisa saja mempengaruhi orang kampung sini untuk tidak belanja sama sampean,” kata Maritem sambil menyodorkan belanjaannya pada Mardi.

“Semua tujuhpuluh lima ribu,” kata Mardi sambil menunggu Maritem mengeluarka uanagnya.

“Eh ponakan bude yang cantik, namanya siapa, kenalan dong, Maritem mengulurkan tangan pada Risna yang mau mengangkat belanjaan.

“Risna,” jawab Risna singkat dan segera masuk, ada perasaan tidak nyaman berada lama-lama di dekat Maritem.

“Bude, ponakannya pucet bener, apa sedang hamil?”, Maritem mulai aksinya.

Bude hanya tersenyum serba salah, dan segera masuk ke rumah. Merasa dicuekin Maritem ngedumel, “Awas saja, kalau terbongkar rahasianya, akan ku beberkan sampai ujung desa, “ batinnya sambil tersenyum

Ketika Maritem mau berjalan, ditahan tukang sayur.

“Mbak, bayar dulu,” kata Mardi sambil menghadang langkahnya.

“Ehh, besok nunggu dapat duit,” Maritem melangkah sambil menyingkirkan badan Mardi. Mardi hanya bisa menahan kesal.

 

#Bersambung

#Depok, 17 November 2022

#EDH

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post