Endang Dwi Haryanti

Perjalanan hidup yang menempaku, mengantarkan ke blog gurusiana ini Walau terlambat memulai semoga tetap berarti. Menulis adalah wisata hati, tempat bebas unt...

Selengkapnya
Navigasi Web
HATI YANG LUKA (TTG 365-H-323)

HATI YANG LUKA (TTG 365-H-323)

@Episode 17

 

Risna sibuk membantu bude di dapur, mempersiapkan masakan untuk dijual di terminal, sebagian di masak di warung yang tinggal goreng-goreng. Setelah selesai mereka sarapan bersama dan bude berkemas membawa masakannya ke terminal.

“Ris, kamu di rumah, bude mau jualan dulu, tenangkan pikiranmu, jangan ke mana-mana dulu,” kata bude.

“Aku bantu bude di warung aja ya?”, Risna merasa tidak enak, diam di rumah.

“BUkan bude tidak mau, tapi lebih baik dan lebih aman kalau kamu di rumah,” kata bude lagi, dan Risna menurut.

Bude meletakkan berbagai masakan di meja, dan menatanya seperti biasa agar menarik. Tapi apapun yang dimasak bude selalu habis. Selain bersih, murah, masakan bude ini enak dan sedap, membuat ketagihan yang makan.

“Kopi bude, sekalian sarapan, pakai tongkol pedas, sama tumis pare tambah tempe ya bude,” kata Mahdi sambil menunjuk lauk yang dia inginkan. Bude melayani pemuda yang selalu necis ini. meski hanya penjual tiket tetapi pakaiannya tidak kalah sama pekerja kantoran. bude senang melihatnya.

“Belum ada pembeli?”, tanya bude sambil menaruh sepiring nasi beserta tempe goreng masih panas, balado tongkol dan tumis pare.Nasi rames panas begini nikmatnya dimakan sekitar jam 10.00 pagi, sedang perut lapar-laparnya bagi yang belum sarapan pagi, dijamin nambah.

“Ada sih beberapa yang masih lihat-lihat bude, biarlah kutinggal makan dulu, nanti kalau sudah penuh, susah mau ninggalin. Mahdi makan dengan lahapnya, setelah sedikit mencecap kopi yang masih panas.

‘MasyaALlah nikmat masakan bude, aku mau nambah bude, belum kenyang, “ kata Mahdi mengulurkan piring untuk tambah.

“Hati-hati kalau kekenyangan bisa-bisa tidur kamu, ga ada yang beli karcismu,” kata bude mengingatkan, tapi smabil melayani, sedikit separuh dan lauk yang berbeda.

Tak lama terlihat Bimo datang dan mendekat ke bude,

“Ngopi Bim, apa kabar ibumu,?” tanya bude sambil menyeduhkan kopi buat Bimo,meski tidak dipesan. Bimo sudah seperti anak sendiri bagi bude.

Terimakasih bude,” jawab Bimo sambil duduk di dekat Mahdi.

 

#Bersambung

#Depok, 18 November 2022

#EDH

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bude yang baik dan enak masakannya. Jadi ikut laper hehe....

19 Nov
Balas

Hehe ... yuk bu jajan di warung bude

20 Nov

Balado tongkol, oseng pare...kok kesukaan saya yaa... Hehe. Lanjut, Bu Endang. Salam sukses.

20 Nov
Balas



search

New Post