Endang Dwi Haryanti

Perjalanan hidup yang menempaku, mengantarkan ke blog gurusiana ini Walau terlambat memulai semoga tetap berarti. Menulis adalah wisata hati, tempat bebas unt...

Selengkapnya
Navigasi Web
HATI YANG LUKA (TTG 365-H-334)

HATI YANG LUKA (TTG 365-H-334)

 

 

@Episode 23

 Hari beranjak malam, Risna masih gelisah, serba salah, nasi di piring hanya dimainkannya, matanya menatap kosong ke depan.

“Ris, dengarkan bude, ikuti saja perjalananmu, dengan ikhlas, InsyaAllah kamu dipertemukan dengan orang-orng baik, dan Allah pasti memberi jalan,” kata bude  sambil mengelus pungggung Risna.

“Tapi kenapa mbak Siwi mau menampungku bude, kami belum kenal,” tanya Risna khawatir.

“Entahlah, tapi mungkin ini memang jalan dari Allah, pasti ada hikmah dibalik ini semua,” kata bude yakin.

“Habiskan makanmu dan segera  berkemas, besok kamu akan dijemput, meski bude akan kehilangan kamu, tapi bude akan selalu bersamamu” kata bude Surti kembali memeluk Risna. Entah kenapa dia jatuh cinta pada anak ini, anak yang santun, baik hati, cantik, tapi kenapa nasibnya begini. Kalau dia pertahankan Risna di rumah, nanti di kampung jadi ramai pergunjingan, lagian kasihan Risna, bude tak bisa memberikan kehidupan yang layak. Bagaimana nanti kalau perutnya semakin membesar, bagaimana nanti kalau dia melahirkan, bude menerawang jauh, tak bisa membayangkan, akhirnya bude mencoba mengikhlaskan Risna yang akan pergi.

Malam terus merangkak menjemput kegelapan, seperti hidup Risna yang masih gelap dalam lorong-lorong sepi. Suara cicak dan tokek bersahutan, di atap rumah bude yang tidak berplafon. Lalu hening berganti suara tonggaret di hutan pinggir kampung, meski jauh namun memenuhi gendang pendengaran, membuat suasana semakin mencekam. Risna memegang dadanya dan menarik nafas panjang, air matanya kembali meleleh di kedua pipinya.Dia bukan ingin menggugat Tuhan, tapi imannya memang masih dalam perjalanan, tergantung dia bertemu dengan siapa, dan siapa yang akan mengarahkannya. Dia sedang limbung, dia selalu bertanya dalam hati, untuk apa Allah ciptakan dia, apa hanya untuk menjalani rasa sakit.

Tentu saja tidak ada yang kebetulan, sebuah perjalanan yang harus kita lalui, sudah Allah tentukan, dan tentu semua mengandung makna.

Risna mengemas pakaiannya, ke dalam koper, baru beberapa hari dia di sini, rasanya sudah seperti rumah sendiri. Keramahan pemilik rumahnya, dan juga kasih sayang bude dan Bimo membuat dia berat meninggalkan tempat ini. apalagi ini pergi ke tempat orang yang belum pernah dia kenal. Akan bagaimanakah hidupnya hari esok, hanya Allah yang tahu.

Lelah badan Risna, lelah jiwanya, lelah hatinya, kemana dia harus bertanya, kemana raganya akan berlabuh, kemana hatinya akan mengeluh, kemana jiwanya akan mengadu. Hanya pada tanah tempat bersujud, dan suara hati itu akan menggema menembus arsyNYA.

 

#Bersambung

#Braling Hotel, 30 November 2022

#EDH

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sabar ya, Risna.

02 Dec
Balas



search

New Post