Tamuku sore itu

" Tak perlu engkau berlelah lelah agar tampak menjadi baik dimata mereka, tapi teruslah berusaha melakukan kebaikan dengan penuh keikhlasan, karena setiap orang memiliki pandangannya masing masing tentang dirimu" ucapku pada tamu istimewaku di sore itu.

" Engkau bisa menarik dimata orang yg paham akan dirimu, sebaliknya engkau bisa pula menjengkelkan bagi orang yang iri dan dengki kepadamu" lanjutku.

Air matanya kian deras membasahi pipi cabynya, sambil sesekali tangannya membetulkan letak jilbabnya.

Dia seorang muslimah, cantik anggun mempesona, yang datang kerumah dengan senyum yang teramat manis pada awalnya, namun seiring percakapan kita dari hati kehati, tiba tiba matanya sembab dan, runtuhlah benteng pertahanan untuk menahan air matanya. Melihat senyum diawal kedatangannya aku tak pernah sangka bahwa itu hanya cara dia menyembunyikan tangisan semalamnya.

"Kupilih untuk lebih menerima kenyataan, dari pada aku harus menyerah dengan keadaan ini demi semuanya" ujarnya sambil menahan sesak didadanya.

"sungguh yang kukenal dari dirimu, bahwa engkau tercipta dengan sangat istimewa, dengan tetap tegar meski nyaris menyerah, sabar meski ingin mengeluh, dan kuat meski hampir saja terjatuh" kataku.

Dan tamu sholehaku disore itu spontan memelukku dengan sangat erat, seakan dia tau bahwa aku bisa memahami kunci hatinya, yakni pada telinganya, Dia butuh kata kata untuk didengarnya bahwa perjuangan dan kelembutannya sebagai seorang istri, seorang menantu, seorang ibu, ada yang menghargainya dan bukan menindasnya.

Pertemuan kami terputus oleh suara Tarhimah dari arah masjid tanda waktu magrib tiba. Tamuku berpamitan, kulepaskan jabat tangannya dengan ucapan"Semoga ringan beban hatimu saat engkau keluar dari pintu rumahku"

Ampibabo 27 mei 2020

Gambar ilustasi dari blog Ely setiawan