Endang. M. E (eme effendi)

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
JAWADAH TUTUNG BIRITNA*)

JAWADAH TUTUNG BIRITNA*)

Rapat orang tua di sebuah sekolah kali ini berakhir kurang sedap bagi sekolah itu. Padahal semula sekolah berharap melalui rapat tesebut akan mendapat dukungan dan legitimasi dari Komite Sekolah untuk programnya. Harapan itu tidak mengada-ada. Seperti pengalaman yang sudah-sudah, setiap rapat orang tua atas nama komite sekolah, hadirin selalu mangut-mangut dan berakhir dengan koor “setujuuuu....!”. Namun kali ini, sangat berbeda. Rapat berakhir dengan situasi yang tak pernah terjadi sebelumnya, situasi yang bikin Kepala Sekolah dan jajaran guru menelan ludah.

Pasalnya, untuk mendapat persetujuan orang tua atas program yang hendak diajukan (dan tentunya, dukungan dana sangat dinanti), terlebih dahulu sekolah akan “memamerkan” beberapa presatasi yang diharapkan bikin orang tua berdecak kagum. Kali ini sekolah punya modal beberapa piala kejuaraan yang diraih siswanya, periode semester kemaren belum “dijual” pada orang tua. Modal itulah yang saat ini menjadi andalan.

Mulailah pak Kepsek berpidato penuh percaya diri. Wajah cerah, senyum tersungging di bibir. Mata berbinar-binar. Beberapa prestasi dalam even-even lomba di Kecamatan dan Kabupaten diumumkan. “Alhamdulillah semester yang lalu, sekolah kita dapat mempersembahkan beberapa piala kepada ibu bapak, orang tua siswa sekalian”, tangannya mulai mengambil salah satu piala yang sudah disiapkan di sampingnya.

Singkat cerita, Bapak kepala sekolah hampir selesai dengan “jualan” kejuaraan yang diraih sekolahnya. Ada juara MTQ Kabupaten yang diraih seorang siswa kelas 5 (walau harus puas dengan juara II). Ada juara tahfidz Quran 3 juz, Ada juara bulu tangkir, dan ada juara pidato Bahasa Inggris. Barulah dia melontarkan beberapa program perbaikan dan penambahan sarana yang tidak mungkin dibantu pemerintah. Untuk itu perlu sokongan orang tua siswa.

Sampai pada acara tanya jawab, seorang Bapak-bapak mengenakan baju koko, berpeci dan bersandal jepit mengangkat tangan minta waktu. Setelah dipersilahkan, orang tua itu bicara singkat dengan beberapa pertanyaan.

“Ma’af, pak Mantri (sebutan orang desa di daerah saya terhadap kepala sekolah), tadi disebutkan bahwa salah satu prestasi sekolah dalam mendidik anak-anak kami adalah juara II MTQ Kabupaten. Pertanyaan saya, betulkan itu prestasi bapak-bapak yang telah diajarkan kepada anak-anak di sini? Kapan di sekolah ini ada pembinaan tilawatil Quran? Anak saya tidak pernah cerita itu. Yang juara itu kan anak saya, yang setiap malam dilatih seni baca Quran oleh ibunya. Maaf bukan sombong, ibunya, isteri saya, sangat gigih melatih anaknya untuk menruskan dia, karena dia mantan qori’ah yang tidak kesampaian menjadi juara nasional”

Bapa itu masih melanjutkan

“Kemudian tadi disebutkan juga prestasi sekolah mengantarkan seorang siswa menjadi juara tahfidz Quran 3 juz. Dalam hal inipun saya bertanya, betulkah itu hasil didikan sekolah? Saya belum pernah dengar anak-anak dibimbing dan dilatih hafalan Quran berjuz-juz di sekolah. Anak itu adalah putera pak ustadz tetangga RT saya. Dia hafal lebih tiga juz karena gemblengan ayahnya tiap sore dan subuh. Terima kasih”

Belum sempat bapa Kepala sekolah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, seorang Ibu muda mengangkat tangan. Ibu itu merasa mendapat inspirasi dari pembicara pertama. Diapun sama mempertanyakan pengakuan Kepala Sekolah atas prestasi yang diakuinya sebagai hasil kerja keras sekolah. Dia adalah ibu dari anak yang dapat juara bulu tangkis itu. Menurut ibu muda itu, kemahiran buku tangkis anaknya bukan hasil binaan sekolah melainkan binaan kelompok bulu tangkis di desa tetangganya yang setiap minggu dia membayar iuran 50.000.

Akhirnya peserta rapat riuh tidak keruan. Bapa Kepala sekolah terntunduk kecapaian. Dan Rapatpun ditutup oleh Ketua Komite tanpa kesepakatan apapun.

*)Jawadah tutung biritna, basa sunda yang menggambarkan sebuah kejadian yang tidak enak diujungnya

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nambah vocab Pak, alhamdulillah

03 Jan
Balas

NONJOK BANGEEETTTSSSS

21 Mar
Balas

byanyak kan sekolah yg suka begini?

21 Mar

Hebat! Sesuatu yang di luar dugaan... Bagaimanakah solusi untuk menggambarkan pada orang tua yang demikian? Teraskeun idena Pa! He. He.. Jangan jawadah tutung biritna, tapi sangkan caina herang laukna beunang!

21 Mar
Balas

Ya juga sih..hehe Insya Allah setelah rapat itu, sekimah lalu memikirkan program pembinaan untuk anak-anak yang beprestasi tersebut, atau juga bakat lain yang perlu dikembangkan. Jangan sampai hal seperti ini terulang kembali.

21 Mar
Balas

Sekimah=sekolah

21 Mar

ini sebuah sindiran, banyak terjadi di banyak sekolah

21 Mar

Duh hawatos teuing eta jawadah kanjat tutung biritna... Ongkoh eta bos na aya ku bangga nya.... Padahal mah Ngiring ngadamel henteu... Masihan biaya produksi sesah, Pas aya tutung dicawad.... Tapi pas laku dijual mah parebut keuntungan... Hilap kanu ngesang ngadamel jawadahna mah.... (edisi curhat saalit).....

21 Mar
Balas

hahaha............begitulah. Sama seperti candi brobudur juga, rakyat n pekerja yang berkorban, raja yang punya nama.

21 Mar



search

New Post