Endang. M. E (eme effendi)

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
“MINUM” LAH AIR WUDLU, SUPAYA MASUK SURGA
gambar diambil dari http://zonaku99.blogspot.co.id

“MINUM” LAH AIR WUDLU, SUPAYA MASUK SURGA

“Tiap hari, berapa kali engkau membasuh muka, tangan, kepala dan kaki dengan air wudlu”, kakaku membuka obrolan bada magrib tadi. “Debu dan noda di wajah, tangan, rambut dan kaki dapat dibersihkan dengan air, terus noda dan dosa yang kau perbuat tiap hari, pada bagian apa dan dengan apa kau bersihkan?”. Dia melanjutkan dengan sebuah pertanyaan yang bikin aku diam tertunduk. Pertanyaan sperti itu tidak pernah aku dapatkan di kertas ulangan pelajarn Fiqh. Pertanyaan yang tidak pernah ku dapatkan pada ujian semester atau ujian komprehensif saat dulu menyelsaikan Sarjana Pendidikan Agama Islam.

Wudlu adalah syarat menegakkan sholat. Tidak sah sholat jika tidak berwudlu. Batallah sholat jika batal wudlunya. Pengetahuan umum bagi seorang muslim. Anak SD saja sudah tahu. Wudlu merupakan salah satu cara bersuci (thoharoh), membersihkan diri dengan cara membasuh muka, membasuh tangan, mengusap kepala dan membash kaki. Bila mana akan berdiri untuk shalat maka basuhlah mukamu dan kedua tanganmu hinga ke sikut, dan usaplah kepalamu dan kaki-kakimu hingga dua mata kakinya. Begitulah perintah Alloh dalam Al-quran.

Wudlu merupakan salah satu ritual ubudiyah yang sangat penting bagi seorang Muslim. Bagaimana tidak, karena wudlu menjadi syarat bagi tegaknya shalat yang bagi Muslim tidak ada alasan untuk meninggalkannya dalam keadaan bagaimanapun kecuali haid dan nifas bagi perempuan. Oleh karena itu, wudlu menjadi pelajaran fiqih yang paling dasar. Namun sayang, pelajaran wudlu sering berhenti pada hal-hal yang bersifat fisik (seusia dengan wilayah fiqih yang terbatas pada hal-hal yang kasat mata).

Suatu saat, seorang siswa menendang sepatu rekannya setelah ia selesai mengikuti ujian praktik wudlu. Kelakukan siswa tersebut terlihat oleh guru penguji tersebut. Guru itu hanya menegur sekedarnya. Penasaran, akupun mengintip berapa nilai praktik wudlu yang dibubuhkan guru pada daftar nilai wudlu bagi siswa tersebut. Terlihat angka 90. Ketika aku bertemu dengan guru tersebut di kantor, saya bertanya mengapa nilai praktik wudlu bagi siswa itu 90? Konon katanya anak tersebut secara umum dapat melakukan wudlu dengan benar, Cuma saat mengusap kepala tidak sempurna, maka nilainya tidak seratus. Saya mengusulkan, bagaimana jika dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang praktik berwudlu tersebut. Guru itu hanya memandangku dengan tatapan heran dan menganggap aku sedang berseloroh. Ya, bagi saya anak tersebut belum lulus berwudlu. Baru selesai saja wudlunya tidak berbekas apalagi sudah lama.

Wudlu bukan hanya urusan lahiriah nyuci ini itu. Wudlu hendaknya mampu membersihkan karakter, menyucikan pikiran, perkataan dan perbuatan. Saat kita berkumur-kumur hakikatnya kita membersihkan mulut dari perkataan kotor, perkataan tidak pantas dan perkataan yang dapat menyakitkan saudara kita sesama manusia. Muslim yang baik adalah muslim yang memberi orang lain rasa aman dari lisannya.

Ketika kita membasuh muka, ingatlah apakah selama ini kita masih sering cemberut menekuk muka kepada orang lain? Membasuh muka hendaknya dihayati sebagai mensucikan perangai. Semua orang suka dengan perangai yang ramah, perangai yang sejuk memberi kedamaian. Jika perangai kita lebih sering menakutkan karena dipenuhi kebencian, maka tanyalah diri kita apa wudlunya sudah benar? Raut muka berseri-seri, senyum yang senantiasa tersungging, ramah dan menyejukkan itulah yang seharusnya ditimbulkan oleh wudlu.

Pendek kata, berwudlu yang hakiki adalah mensucikan lahir dan bathin. Wudlu yang sebenarnya adalah wudlu yang dihayati dan diisi dengan perenungan. Air wudlu seharusnya “diminum” hingga ke kedalam qolbu agar melahirkan pribadi saleh, baik saleh kepada Alloh maupun saleh secara sosial. Dengan demikian wudlu bukan hanya sebagai ibadah formal melainkan mampu melahirkan kesalehan sosial.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sama sama, nasihat terutama utk penulis sendiri

07 Jun
Balas

Mantap Pak! Alhamdulillah, semoga kita termasuk org yg selalu mensucikan diri..

09 Jun
Balas

Subhanallah siang-siang dapat nasihat luar biasa dari pak Endang. Terima kasih pak.

07 Jun
Balas



search

New Post