Konon, idealnya pelajaran matematika jangan disimpan siang hari. Jam ke-1, 2 atau paling siang ya jam ke-3-4. Iyah sIh, idealnya begitu. Tapi jika kelas banyak, guru juga banyak, ya sulitlah hal itu diwujudkan. Pasti saja ada kelas yang kebagian siang. Seperti hari ini, sy harus masuk ke sebuah kelas pada pk. 13.00 sd 14.30. Wow tentu tidak ideal belajar matematika pada saat jam tidur siang (boci kata anak sekarang) begini.

Saya melihat wajah-wajah lesu, gerah (jangankan AC, di kelas ini, kipas angin saja tidak ada), dan suntuk. Dalam kondisi seperti ini, mata pelajaran yang kadung dipersepsi sebagai mata pelejaran sulit, pembelajaran harus dimulai dengan sesuatu yang dapat membangkitkan gairah belajar. Kebetulan sudah hampir dua pekan tidak mendemontrasikan keterampilan permainan bilangan dalam gaya master Jo Shandi. Inilah saatnya, pikir saya, untuk kembali memainkan bilangan sekedar menghangatkan suasana dan mengusir rasa suntuk dan kantuk yang menyerang sebagian besar siswa.

Saya termasuk yang tidak begitu rajin merekam nomor-nomor hp siswa, kebiasaan ini sudah diketahui siswa. Tapi hal ini justru memudahkan saya untuk memainkan permainan bilangan kali ini. Ditanya siapa yang bawa hp (di kelas saya tidak menerapkan larangan bawa hp, diaktifkan atau tidak tergantung kebutuhan) hampir separoh mengaku bawa. Saya minta salah seorang yang belum pernah menghubungi saya dengan nomor yang sekarang aktif. Diminta kepastian kepada semua siswa bahwa nomor siswa yang ditunjuk sebagai relawan tersebut belum ada di hp saya.

Dikatakan kepada mereka bahwa kali ini saya akan meramalkan angka nomor hp siswa yang bersedia menjadi relawan dengan dua angka dirahasiakan. Tebakan saya akan langsung dibuktikan dengan menghubungi nomor tersebut setelah proses permainan selesai. Untuk itu hp siswa tersebut harus diaktifkan dulu. Para siswa mulai gemuruh, saling bertanya apa benar demikian. Sebagian bilang ok dicoba saja. Ada siswa yang cukup berani menanyakan, apa tenggung jawab saya jika gagal. Saya katakan dengan yakin, semua siswa akan saya traktir eskrim yang di depan sekolah itu. Wow mereka sorak kegirangan. Namun saat saya tanya apakah meraka lebih menginginkan saya gagal dan mendapat eskrim atau menginginkan saya berhasil. Hampir semua siswa bilang harus berhasil. Eh ada juga siswa yang nyeletuk, mau berhasil tapi tetap dapat eksrim. Dasar anak sekarang cerdas juga.

Ok. Permaian kita mulai. Dipersilahkan seorang siswa yang didelegasikan mereka dan nomor hp nya belum ada pada hp saya, menjadi relawan. Seorang siswa mengangkat tangan tanda dia siap jadi relawan. Saya minta dia menuliskan nomor hp di papan tulis, dua angka terserah yang mana maunya ganti dulu dengan xx. Dia menuliskan nomornya 0821 5662 XX41

“Ok, silahkan siapkan alat tulis, lakukan perhitungan yang saya instruksikan, boleh dibantu teman yang dekat kamu.” Saya mulai melancarkan instruksi.

“Kami siap pak” jawab anak itu. Siswa yang lain diam menyaksikan permainan, ada beberapa orang yang melihat nomor hp lengkap dari temannya dan akan ikut menghitung sesuai instruksi saya. Hal itu saya perbolehkan.

“Baik, ciri kartu kan angka ketiga, yaitu 2, jadi silahkan bilangan rahasiamu itu kalikan dengan dua”

“Sudah? Baik saya tertarik dengan angka kembar di nomormu yaitu angka 6, silahkan hasil perkalian tersebut tambahkan dengan angka enam”. Instruksi saya berikutnya.

“Sudah pak”, kata siswa itu.

“Ok, di sana ada juga angka 5, saya ingin hasil akhir perhitungan barusan kalikan dengan angka lima tersebut”

Mulai melambat dia menghitung, nampak rekannya membatu, tanpa suara takut terdengar saya. Setelah dia menyatakan sudah, saya minta memeriksa kebenaran perhitungannya.

“Jika sudah benar, terakhir silahkan tambahkan pada hasil perhitungan tersebut, angka akhir nomor kamu, yakni angka 1”

“sudah pak” serunya penuh semangat.

“Ya, saya minta tolong, sebutkan hasil akhir perhitunganmu”. Pinta saya

“281, pak”

“Ok, tunggu sebentar”. Saya pura-pura memejamkan mata, komat kamit menghitung. Kemudian saya menekan nomor-nomor di hp dengan angka 0821 5662 2541 kemudian saya tekan panggil!

Berbunyilah nada panggil di hp siswa itu, dan sayapun memintanya agar diangkat, itu saya yang panggil. “Hallo...apa saya bisa bicara dengan salah sambung?” saya mencoba melucu (entah lucu entah tidak tuh) meyakinkan bahwa itu benar hap saya yang memanggilnya.

Gemuruhlah sorak sorei siswa karena senang akan keberhasilan permainan kali ini. Biasa mereka mulai meronta-ronta meminta saya menerangkan rahasianya. Tentu saja saya tidak meladeninya karena saya harus segera melanjutkan program pembelajaran sesuai kurikulum.

“Baik, untuk rahasianya, lain kali kita bongkar. Sekarang mari kita lanjutkan dengan kompetensi yang yang akan kalian pelajari hari ini”

(permainan bilangan diadaptasi dari https://akzerikho.wordpress.com )

Ciamis, 2 Maret 2017

Nantikan permainan berikutnya di SERI BERMAIN DENGAN MATEMATIKA-5