ENDANG MULYANI PUTRO

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
“Aku Besok Mau Jadi Dokter Yang Beriman, Bunda”
Seri CELOTEH SI KECIL

“Aku Besok Mau Jadi Dokter Yang Beriman, Bunda”

“Aku besok mau jadi Dokter yang beriman, Bunda”

Beberapa anak terlihat tertidur dengan pulas. Namun ada juga yang masih bercanda dengan teman di kanan kirinya atau sekedar menonton video lagu anak – anak sambil menikmati bekalnya.

Hari ini Aku ikut mendampingi anak-anak dalam perjalanan pulang dari kegiatan out door learning. Kuperhatikan bagaimana anak-anak itu berceloteh kesana kemari menceritakan pengalaman tadi. Walapun mereka melaksanakan kegiatan yang sama, ternyata mereka mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Dalam obrolan itu kudengar ada Rendi bercerita kalau dia mendorong Amel masuk ke kolam renang. Sambil tertawa dia berkata bahwa Amel sampai gelagepan masuk ke dalam air.

Astaghfirullah,…

Ingin rasanya diri ini segera ikut nimbrung dalam obrolan tersebut. Namun niat itu segera ku urungkan. Karena ternyata obrolan itu belum berhenti, bahkan kelihatannya semakin seru. Akhirnya kubiarkan saja mereka melanjutkan obrolannya. Disaat Rendi masih tertawa-tawa dengan ceritanya, Nizam menanyakan siapakah yang menolong Amel, karena untuk berjalan saja Amel kurang tegak. Bagaimana saat Amel tenggelam di kolam. Dengan lirih Rendi menyebut namaku. Aku tersenyum kecil, memang benar apa yang di katakana Rendi tadi. Aku menolong Amel yang saat itu gelagepan tercebur di kolam renang karena didorong Rendi. Benar juga apa yang dikatakan Rendi kalau aku tidak memarahinya. Aku hanya menarik nafas panjang melihatnya sambil geleng-geleng kepala ketika aku melihat akibat apa yang dilakukannya itu

Sejenak terbayang kembali peristiwa dikolam renang tadi. Rendi memang hanya bermaksud bercanda terhadap Amel. Aku juga tahu bagaimana rendi juga kaget dan takut saat Amel gelagepan tadi. Mana mungkin aku memarahinya, kalau wajah rendi sudah penuh rasa takut dan bersalah. Kulihat Rendi agak terbengong melihat aku menoilong Amel dan membawanya duduk dekat Rendi. Tanpa kuminta Rendi langsung mengulurkan tangan kearah Amel untuk minta maaf. Dia juga minta maaf kepadaku dan berkata kalau dia hanya bercanda.

Kembali kucari suara obrolan tadi. Tapi ternyata semua sudah terdiam. Kalimat terakhir yang sempat kudengar terucap dari Alif. Dia memberikan sedikit nasehat kepada Rendi supaya lain kali tidak ceroboh kalau bermain. Kalau sampai terjadi sesuatu yang berbahaya pada Amel pasti bu guru lagi yang dimarahi. Mungkin Rendi merasa bersalah dengan kejadian tadi. Rendi kurang menyadari kalau bercandanya bisa berakibat yang membahayakan temannya.

Akupun membuka mataku. Kulihat Bunga disebelahku. Bunga melihat keluar jendela. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Saat ku Tanya mengapa bunga tidak tidur, jawaban Bunga membuat ku kaget terharu. Masih dengan melihat keluar jendela dia bergumam lirih. Bagaimana seandainya tadi Amel mati karena tidak ada yang bisa menolong. Amel pasti harus dibawa kerumah sakit. Padahal rumah sakit kan mahal. Kalau nanti bu guru tidak punya banyak uang, akhirnya Amel tidak boleh pulang. Seperti yang dialami adiknya.

Bagai melihat kecoak di depan mata, akupun langsung pegang pegang tangan Bunga dan menanyakan apa maksud dari pembicaraannya kalau adiknya tidak boleh dibawa pulang dari rumah sakit. Bunga pun bercerita bahwa ketika adiknya lahir dan ayahnya tidak punya banyak uang, maka adiknya tidak boleh dibawa pulang kerumah. Bunga kembali melanjutkan dengan sebuah pernyataan yang membuat lidahku kelu. Bunga mengambil sebuah kesimpulan kalau Dokter di rumah sakit itu jahat. Dokter-dokter itu tidak mau menolong kalau tidak ada uangnya.

Astaghfirullah,….

Bunga,.. banyak hal yang terpaksa dilakukan oleh rumah sakit terhadap pasiennya. Apalagi rumah sakit itu rumah sakit swasta. Panjang lebar kejelaskan tentang mengapa adiknya belum boleh dibawa pulang. Bukan kesalahan dokter kalau Bunga masih harus bersabar lagi untuk bisa bersama sama adiknya dirumah.

Aku semakin kaget ketika kudengar ada isak lirih Bunga. Kutanya bunga, mengapa kok bunga menangis. Lagi-lagi tenggorokan ini rasanya tersumbat, Dada sesak, dan Mata nanar. Beberapa kali kuhembuskan nafas beratku untuk bisa menerima jawabannya. Bunga rindu adik.

Sebagai seorang guru Taman kanak-kanak, rasanya sulit untuk percaya kalau adaa curahan hati seorang anak seperti ini. Bunga masih belum berusia 6 tahun. Tapi bunga sudah harus merasakan langsung pahitnya kehidupan. Susah payah aku tenangkan dia. Aku kuatkan dia agar Bunga semakin tegak berdiri menatap masa depannya. Agar dia tidak mengalami hal hal yang dialami orangtuanya. Tapi jadi apapun itu, manusia tinggalah menjalani saja. Ada garis – garis indah untuk di lalui semua hamba Allah. Sebagai manusia salah satu makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, tentunya harus berusa dan berusaha terus untuk merubah takdir Allah SWT. Karena memang Allah sudah berjanji kalau akan ada hikmah indah untuk orang-orang yang selalu berusaha dijalan Allah.

Ketika kurasakan bunga sudah agak tenang, aku mencoba menanyakan kalau dia dewasa kelak, dia ingin jadi apa. Bunga memberikan jawaban yang kuamini berulang ulang.

“Bunga akan belajar dengan rajin agar bisa menjadi dokter yang beriman, Bunda. Supaya besok bisa menolong orang yang sakit tapi tidak punya uang banyak.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

tulisan ini luar biasa. Bikin trenyuh dan mbrebes mili.

12 Mar
Balas

Ma'aaaaaaaf✌✌✌

12 Mar
Balas

Terima kasih... njenengan juga pasti mantab..

13 Mar
Balas

Sedih ya anak sdh tau ada dokter yg g mau merawat kalo blm ada uang

12 Mar
Balas

kaget luar biasa mendengar celotehan anak ini. mungkin karena orangtuanya tanpa sadar menjawab, kalau adiknya belum bisa dibawa pulang karena belum punya uang banyak. orang tua kurang menyadari jika ucapan yang terlontar bisa menjadi memori terpendam berkepanjangan.

12 Mar

Shiips ...

12 Mar
Balas

matur nuwun bu Nur,... kangen banget njenengan ki

12 Mar

matur nuwun bu Nur,... kangen banget njenengan ki

12 Mar

Mantap bu Endang tulisannya

13 Mar
Balas



search

New Post