Endang Siwi Ekoati

Saya adalah seorang guru yang ingin terus belajar hingga maut menjemput. Belajar adalah kegiatan yang menyenangkan. Begitu pula mengajar.Terlebih ketika m...

Selengkapnya
Navigasi Web

ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN

Harapan adalah sesuatu yang diharapkan sedangkan kenyataan adalah sesuatu yang nyata. Setiap orang pasti mempunyai harapan, keinginan, cita-cita. Sayangnya, tidak semua harapan menjadi kenyataan.

Hari ini saya dihadapkan pada kenyataan bahwa ada siswa yang sudah lulus dari Sekolah Dasar (SD) tidak dapat membaca dan menulis. Ini fakta, nyata, benar-benar ada. Sedihkah? Tentu sedih. Kecewakah? Ya, kecewa. Siapa yang salah? Sungguh sulit untuk menjawab pertanyaan ini karena akan panjang jawabannya. Jika hanya satu siswa, kami bisa memaklumi. Sayangnya, hampir 10 siswa yang tidak bisa membaca dan menulis meskipun hanya membaca dan menulis yang sederhana.

Langkah yang dapat dilakukan adalah memanggil orang tua. Bertanya, benarkah si anak tidak dapat membaca dan menulis. Konfirmasi kepada orang tua agar langkah yang diambil sekolah tidak dianggap salah. Pada saat orang tua menjawab, “Di rumah anak kami bisa membaca dan menulis”. Benarkah ketidakmampuan membaca dan menulis hanya terjadi selama di sekolah? Sesuatu yang aneh jika hal itu benar adanya.

Apa tindakan selanjutnya? Sekolah hanya perlu bukti. Buktikan bahwa anak bisa membaca dan menulis. Faktanya pada saat anak disuruh menulis satu paragraf tentang perasaannya diterima di SMP, tidak ada tulisan satu kata pun. Bersih, kosong, tak ada coretan.

Sudah bukan saatnya, guru-guru di Sekolah Menengah Pertama mengajari siswa belajar membaca dan menulis. Bagaimana mungkin mereka dapat dibawa ke dalam pembelajaran abad 21 kalau tidak dapat membaca dan menulis. Bagaimana bisa berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif jika tidak dapat membaca dan menulis. Pantas saja kalau kemampuan literasi kita dianggap rendah karena faktanya masih ada siswa lulusan Sekolah Dasar yang tidak bisa membaca dan menulis.

Dalam rumusan Standar Kompetensi Lulusan ranah pengetahuan dijelaskan bahwa siswa Sekolah Dasar diharapkan dapat memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakogninif pada tingkat dasar berkenaan dengan: (1) ilmu pengetahuan, (2) tekonologi, (3) seni, (4) budaya. Pada ranah keterampilan, siswa Sekolah Dasar diharapkan memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Pengetahuan dan keterampilan dapat dikuasai apabila siswa mempunyai kemampuan membaca dan menulis. Menjadi sesuatu yang ironis jika lulusan Sekolah Dasar dinyatakan lulus tetapi tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar.

Fakta yang menyakitkan tatkala tuntutan yang sama diberlakukan untuk semua sekolah di jenjang sama, tanpa memandang latar belakang kemampuan siswa dan orang tua. Akibatnya, ada sekolah yang tetap meluluskan siswanya meskipun tak bisa apa-apa. “Yang penting lulus”. Jika setelah lulus tidak berurusan dengan pihak lain maka tidak akan menjadi masalah. Namun, bagaimana dengan program “wajib belajar 9 tahun?” Oleh karena itu, mohon kiranya teman-teman guru Sekolah Dasar dapat memahami jeritan hati kami. Tolong ajari anak-anak membaca dan menulis. Jangan paksakan mereka naik kelas jika belum bisa membaca dan menulis. Jangan tambah beban kami dengan beban lain yang seharusnya bukan tanggung jawab kami.

Pandangan miring dan cibiran sering kami terima sebagai pengelola sekolah “pinggiran”. Bagaimana kami bisa berprestasi jika input kami di bawah standar minimal. Saat ini, kami tidak mempunyai daya untuk tidak menerima siswa yang berkemampuan rendah. Kami berada pada posisi lemah karena tidak bisa memilih. Oleh karena itu, bantu kami mewujudkan impian kami, harapan sederhana kami. Kami berharap, lulusan yang masuk ke sekolah kami minimal bisa membaca dan menulis. Harapan sederhana bukan? Bisa membaca dan menulis. Tolong bantu mereka bisa membaca dan menulis. Ajari mereka membaca dan menulis. Itu saja. Adakah teman-teman yang bernasib sama dengan kami?

Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan renungan semua pihak.Terima kasih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lebih repot lagi ketika anak2 seperti itu harus diberi remedial sampai tuntas. Target: wajar 9 tahun

28 Jul
Balas

Begitulah... Mau diremidi sekian kali pun tak akan ada hasilnya..

28 Jul

Kenyataan yang pahit bunda..sekolah kami pernah menerima siswa ABK.. Bisa menulis tapi tidak bisa memahami. Ketika kemudian siswa tersebut tidak naik kelas, orang tuanya marah. Dan kemudian tidak melanjutkan sekolahnya.

28 Jul
Balas

Tahun lalu, ada anak yg terpaksa kami pindahkan ke SLB krn selain tdk bs baca tulis, tdk bs berhitung sama sekali

28 Jul

Sungguh kenyataan yg tak dapat dipingkiri, menjadi tugas kita sebagai guru

29 Jul
Balas

Ya Bu... Taj seindah yang dibayangkan..

29 Jul

Sungguh mengejutkan

28 Jul
Balas

Tahun ada juga tetapi kok ini ada lagi..

28 Jul



search

New Post