Saat ini, manusia sudah sangat bergantung pada energi listrik. Betapa tidak? Sejak bangun tidur hingga tidur lagi kita membutuhkan energi listrik.

Bangun tidur, menyalakan pompa air untu mandi, kita memerlukan listrik. Setelah mandi, mengeringkan rambut, butuh listrik. Menanak nasi, perlu listrik, dst.

Bisakah kita hidup tanpa listrik?

Beberapa waktu yang lalu, saat kami menginap di kamar lantai 30, listrik tiba-tiba mati. Anak-anak betada di lantai 20. Meskipun berada dalam satu gedung, akses dari satu lantai ke lantai yang lain harus lewat lift. Di gedung memang disediakan tangga darurat, tapi bayangkan jika haris menaiki tangga sepuluh lantai. Kata anak-anak, kaki bisa gempor.

Akhirnya, kami hanya bisa menunggu. Air masih mengalir tetapi kami tidak bisa memanaskan panci untuk buat minum. Jendela terpaksa kami buka meski kami harus ekstra hati-hati karena tidak ada teralisnya.

Hari ini, di ruangan saya masih ada cahaya karena menggunakan lampu emergensi tetapi ac mati. Ruangan menjadi panas dan pengap. Kepala tiba-tiba pusing gara-gara kegerahan Laptop saya matikan karena sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan aktivitas menulis.

Ternyata, kita sudah sangat bergantung pada energi listrik. Ketika listrik mati, sambungan internet mati. Komputer dan printer tidak bisa digunakan. Pekerjaan yang seharusnya selesai hari ini tidak bisa terselesaikan, tertunda.

Listrik o listrik... Sungguh kami tak berdaya tanpamu. Lagu - lqgu indah yang terdengar dari youtube, menghilang saat kau pergi. Ruangan yang bisanya sejuk, berganti panas dan menyesakkan. Air dingin yang keluar dari diapenser, tak lagi dingin.

Listrik o listrik.. Adakah penggantimu saat kau tak ada?