Dulu, buah ini tidak sampai memerah... Bukan dimakan kalong, tidak dimakan manusia. Sebelum buah membesar dan memerah, anak-anak "kreatif" memetik dari pohon, dilemparkan ke tembok atau kepada teman-temannya.

Tembok menjadi berwarna dengan "stempel" hijau buah rambutan. Bakal buah berserakan di kelas dan di sekitar pohon.

Ada pula anak yang pingsan karena ditakut-takuti kulit rambutan. Tak ada yang tersisa di pohon sehingga musim buah pun terlewati...

Kini... Buah ini menemui takdirnya.. Siap dipanen dan disantap oleh semua penghuni sekolah..

Tahun lalu, pengurus OSIS siap memetik dan membagikan kepada semua siswa di tiap kelas. Tahun ini, tahun kedua kami akan panen dan menyantap bersama-sama.

Pembiasaan memang perlu waktu. Awalnya harus dipaksakan. Anak diberi tahu alasannya kenapa tidak boleh memetik saat belum siap petik. Anak harus diberi tahu, pentingnya merawat tanaman.

Alahmdulillah, sekarang tak ada tangan-tangan jahil lagi.

Semoga, bukan hanya sekarang tetapi selamanya. Bukan hanya di sekolah tetapi di mana pun berada.

Terima kasih anak-anakku. Kalian telah membuat kami bangga..