Endang Siwi Ekoati

Saya adalah seorang guru yang ingin terus belajar hingga maut menjemput. Belajar adalah kegiatan yang menyenangkan. Begitu pula mengajar.Terlebih ketika m...

Selengkapnya
Navigasi Web

Suka dan Tak Suka

Suka dan tidak suka adalah pilihan. Kita tidak bisa memaksakan suka kepada seseorang, kita pun tak bisa memaksakan sesorang untuk tidak suka. Akan lebih baik saling menghargai satu dengan yang lain. Jangan mengukur orang lain dengan ukuran kita. Biarkan orang lain punya pilihannya sendiri.

Hari ini saya bangga kepada seseorang. Di mata saya, ia tak ada cacadnya. Semua baik-baik, tanpa cela. Kalaupun ada kekurangannya, saya anggap wajar-wajar saja karena ia manusia.

Namun, di belahan bumi yang lain, ia tak dianggap ada. Kerja dan karyanya dianggapnya biasa-biasa saja dan tak ada istimewanya. Salahkah? Tentu tidak. Kacamata yang dikenakan berbeda. Kacamata yang saya kenakan adalah kacamata wanita, layaknya kaca hias di salon kecantikan. Yang tampak, yang baik-baik saja, yang indah dan memesona. Sementara yang orang lain kenakan adalah kaca mikroskop sehingga benda sebesar nano pun terpampang nyata.

Saya adalah manusia. Saya bukan malaikat. Saya hanya ingin berperan sebagai manusia yang melihat manusia sebagai manusia, dengan kelebihan dan kekurangannya. Namun, saya lebih senang melihat kelebihan manusia. Bukan karena saya tak bisa tetapi semata-mata karena tak ingin melakukannya.

Untuk itu, ketika berhadapan dengan siswa, saya lebih senang memberikan kategori sikap baik daripada sebaliknya. Kenapa? Karena, ketika ditanya, siswa saya mengakui kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Pada saat siswa mengaku salah dan berusaha berubah, itu sudah menunjukkan niat baiknya. Maka, saya anggap baik-baik saja. Yang tidak baik adalah ketika salah tetapi tidak mau mengaku salah dan tidak mau berubah.

Hari ini saya belajar kepada anak saya. Saat saya minta ia makan-makanan yang ia tidak suka, ia hanya bertanya, "Ibu mau saya suruh makan ikan lele?" Meski ia tidak berkata tidak mau, saya tahu ia tidak ingin dipaksa.

Saya tidak tahu sejak kapan tidak suka makan ikan lele. Namun, ada rasa yang tidak nyaman kalau harus memakannya. Andai saja di meja hanya tersedia lauk ikan lele saja maka sudah dipastikan saya akan memilih makan nasi tanpa lauk saja.

Itulah, faktanya. Hidup itu pilihan. Suka dan tidak suka juga pilihan. Kita tidak perlu memaksakan orang lain suka dengan yang kita suka. Akan lebih bijaksana jika kita bisa menerima dan mau menghargai meski berbeda.

Mari melihat beraneka warna bunga ciptaan Sang Maha Kaya. Matahari dengan warna kuningnya, terlihat sangat indah. Melati dengan warna putihnya, tampak indah. Mawar dengan segala warna, memesona. Anggrek dengan warna dan bentuknya, membuat mata kita ingin selalu melihatnya. Meski berbeda, meski tak sama, bunga-bunga yang berbeda, tetap indah dalam perbedaanya.

Saat ini saya juga tidak ingin memaksa pembaca sependapat dengan saya. Kenapa? Ini opini saya. Opini pembaca tak harus sama..

Semoga kita dapat belajar dengan siapa saja meski berbeda..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

05 Aug
Balas

Asal saja Pak Leck..

05 Aug

Luar biasa

08 Aug
Balas

Terima kasih..

31 Aug



search

New Post