Hari Kartini menjadi momentum yang berharga bagi para kaum hawa. Namun seringkali banyak orang yang mengenangnya dengan hal-hal yang hanya nampak dari luar saja, seperti berpakaian kebaya, memakai sanggul, berpawai dan lain-lain.

Masih banyak yang tidak paham makna yang lebih mendalam tentang perjuangan Kartini. Kartini memperjuangkan hak para kaum hawa yang dimasanya jauh dari pendidikan. Berusaha mengangkat detajat kaum wanita agar mempunyai hak yang sama dalam hal memperoleh pendidikan. Kartini mperjuangkan nasib wanita yang di masanya hanya dianggap sebelah mata. Laki-laki menjadi raja dan wanita hanya cukup menjadi pelayan di kasur, sumur dan dapur saja.

Namun dimasa kini, tidak sedikit para wanita yang secara finansial memperoleh penghasilan lebih dari suaminya. Jika tidak berbekal taqwa tentu saja akan terjadi para laki-laki yang menjadi pelayan di rumahnya sendiri. Terkadang saya mendengar keluhan bapak-bapak jaman now yang merasa terdzolimi karena kelakuan istri-istrinya. Bapak-bapak saling curhat bahwa sekarang peran istri menjadi sangat arogan. Istri-istri sekarang menjadi penentu kebijakan dan pengambil keputusan di dalam rumah tangga.

Apakah masih ada semangat juang Kartini di hati para wanita jaman sekarang? Ada salah satu bapak bilang " sekarang hak wanita sudah tidak perlu diperjuangkan lagi karena para wanita sudah berada pada kedudukan yang tinggi. Para laki-laki merasa terdzolimi karena hak bicaranya dibatasi, hak penentu kebijakan diambil alih dan fungsi pencari nafkahnya dirampas. Sekarang sudah tidak perlu lagi ada peringatan Kartini... Tapi perlu diganti peringatan hari Kartono." Harinya para laki-laki untuk bicara memperjuangkan haknya... Kartini-Kartono.

Sekarang para lelaki berusaha memperjuangkan dan berusaha bangkit dari ketertindasannya.