" Kok baru dipasang Wifinya Mas" Seorang pria yang baru kembali dari kebun menghampiri kami yang sedang menyiapkan alat-alat untuk pemasangan wifi dirumahnya. Dengan hanya menggunakan celana panjang dan topi butut, bapak itu dengan percaya dirinya bertelanjang dada. Tampak kilapan keringat di bagian punggungnya yang tak sengaja ku lihat. segera ku alihkan pandanganku dan fokus pada peralatan yang kami bawa. " Alatnya baru datang Kak" jawab suamiku masih fokus dengan pekerjaannya. Sepertinya mereka sudah cukup mengenal.

Kembali ku edarkan pandanganku ke sekeliling. Hanya ada beberapa rumah di sekitar tempat itu. Jaraknya pun agak berjauhan. Sejauh mata memandang hanya pohon-pohon yang menghijau serta beberapa tanaman jagung di ladang milik mereka. Rumah pendudukpun terlihat sederhana. Sesekali ku dengar suara sapi yang berbunyi dari kandang di bagian samping rumah.

Seorang perempuan yang usianya mungkin di atasku, keluar dari dapur yang posisinya berseberangan dengan rumah utama. Model bangunan masyarakat desa yang masih kental di daerah Madura. Dapur yang idealnya ada dibagian belakang justru di tempatkan di bagian depan.Tampak dia membawa 2 cangkir berisi kopi dan mempersilahkan kami untuk meminumnya.

"Dari kemarin lusa, kak fauzannya nunggu-nunggu kamu dik", ucapnya sambil duduk di bale bambu yang ada di pojok emperan rumah. "khawatir gak jadi di pasang WiFinya", imbuhnya kemudian. "Pasti dipasang mb, alat ini yang bikin pemasangan terlambat", Kata suamiku sambil memperlihatkan sebuah Hub ke arahnya. Percuma saja ku pikir, dia gak akan paham dengan alat-alat itu.

"Sebelum pasang AdelNet, biasanya pake jaringan apa disini mbak", tanyaku menimpali omongan keduanya. "Sinyalnya gak bagus disini mbak, makanya suamiku lebih kerasan di rumahnya pak klebun karena di sana dia bisa pake wifi Voucheran milikmu. Dia kayak orang stres kalo sehari saja gak main HP". tambahnya kemudian. Wajah cemberutnya mulai tampak. "Aku bukan main Hp, tapi cari informasi mungkin ada kabar harga pupuk akan turun. Itu lihat tanaman jagung kita gak terlalu bagus. Yang mu beli pupuk gak punya uang". Kilahnya suaminya tak mau kalah.

Dalam hati ku bingung, nyambung wifi yang biaya pasangnya 250.000 mereka bisa, tapi untuk beli pupuk katanya mereka gak punya. Aneh kan....tapi ya sudahlah, mereka mungkin punya prioritas sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Tersanjung sekali rasanya jika penyambungan WIFi milikku ini, justru menjadi prioritas utama bagi tuh bapak.

Sistem wifi yang ku miliki ini, memang kupikir tak terlalu memberatkan. Dengan sistem voucher yang harganya mudah terjangkau dan akses jaringan yang lebih luas, menjadikannya alasan untuk diminati konsumen hampir di empat desa sekitarku.

Menilik dari alasan sebagian besar clien, ternyata mereka memilih Wifi AdelNet karena harganya lebih murah. Menjadi sebuah kebutuhan kurasa, sehingga tak elok jika usaha ini murni hanya karena Profit Oriented.

Membuat orang merasa puas, pekerjaan yang awalnya ribet menjadi lebih mudah dan cepat, kebutuhan komunikasi juga menjadi lancar adalah beberapa dampak posistif keberadaan AdelNet. Jadi gak salah amat lah, jika aku usahaku ini, tak hanya sebatas Profit Oriented tapi pastinya juga bersifat sosial Oriented. Semoga amalan kecil inilah, yang akan menambah pahalaku dan keluargaku, serta menjadikannya kemudahan untuk kami tertarik ke surganya. Aaminn

#Bersambung

Pinggiran kali semajid

E. Yulis T