Endartiningtyas Sulistiyo

Ibu tiga anak ini memulai tugasnya sebagai CPNS di SMP N 7 Blora. Setelah lulus dari SD dan SMP di Desa Pamotan,ia hijrah ke Kota Rembang untuk menamatkan SMA d...

Selengkapnya
Navigasi Web

PENJUAL ES CINCAU DAN PROFESIONALISME GURU

Minggu pagi 11 November saya berangkat ke pasar berbekal tas belanja, dompet berisi uang secukupnya,HP android dan tentu saja GPS.

GPS ? Ke pasar kok bawa GPS segala? Emangnya pasarnya berjarak puluhan kilometer dan berada di tempat asing di negeri antah barantah sehingga perlu GPS?

Tidak juga.Jarak pasar dari kompleks perumahan saya hanya sekitar 2 kilometer dan saya sudah sangat hafal jalurnya bahkan sebagian besar sudut-sudutnya,tetapi sebagai seorang guru saya sudah telanjur tuman untuk memakai jasa GPS.

Saat in action di kelas,GPS saya berupa silabus,RPP dan segala rupa perangkat pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sistematis.Saat ke pasar,GPS saya cukup berupa potongan kertas kecil berisi catatan daftar belanja agar saya bisa menggunakan waktu sehemat mungkin dan terhindar dari penyakit yang biasa menjangkiti emak-emak zaman now, yaitu lapar mata karena melihat aneka barang yang serba cantik manis dan menggoda di pasar.

Sambil meraih helm di atas bufet, saya menawari anak bungsu saya.

“Nitip apa,Le?”

“Es,Bun.”

“Es apa?”

“Es apa saja,”jawab perjaka kelas XI ini.

Belanjaan sesuai daftar sudah saya dapatkan semua.Tinggal membeli es pesanan si bungsu.

“Es cincau dua,Pak.”

“Bungkus ya,Bu?”

“Inggih,Pak.”

“Mau yang manis atau sedang,Bu?”tawar Bapak penjual cincau dengan ramah.

“Yang sedang saja,Pak.”

Saat Pak penjual membungkus pesanan, saya membuka dompet untuk menyiapkan uang pembayaran.

Alangkah terkejutnya saya.Uang kecil di dompet hanya tersisa RP4.000,00.Selebihnya tinggal ada lembaran merah bergambar Bung Karno dan Bung Hatta.

“Sebungkus berapa ya,Pak?”

“Tiga ribu ,Bu.”

“Aduh maaf ya,Pak,uang kecil saya tinggal empat ribu.Bayar pakai ratusan ngga pa pa ya,Pak,”tanya saya setengah memohon.

“Oh,tidak masalah,Bu.Ada kembaliannya kok.”

“Kalau begitu ,cincaunya tambah sebungkus lagi deh ,tapi tanpa es nggih,Pak ?”

“Baik,Bu.”

Dengan cekatan penjual berpakaian rapi itu menyelesaikan pesanan saya.

“Mangga,Bu.Matur nuwun sanget nggih,Bu.”

Setengah membungkuk si Bapak menyodorkaan tiga bungkus es serta uang kembalian.

Seluruh ekspresi dan gestur tubuhnya menunjukkan keramahan yang tidak dibuat-buat.

Sikap profesional Pak Cincau sebagai seorang pedagang,menginspirasi saya untuk meningkatkan profesionalisme pula.Saya percaya,dengan keramahan dan ketulusan pelayanan kita kepada anak-anak didik kita,mereka akan merasa nyaman dan pada gilirannya akan mengobarkan semangat mereka untuk belajar bersama kita.Semoga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Yo...Yo siiip!

18 Nov
Balas

Yo...Yo siiip!

18 Nov
Balas

Yo...Yo siiip!

18 Nov
Balas



search

New Post