Endartiningtyas Sulistiyo

Ibu tiga anak ini mengajar mapel bahasa Indonesia di SMP 6 Rembang . Tugas pertamanya di SMP 7 Blora . Sejak 2008 mutasi ke Rembang . Punya minat dalam t...

Selengkapnya
Navigasi Web

JEJAK TINJU PAK KIAI

Usai membaca buku “Jejak Tinju Pak Kiai” , ada tiga yang saya rasa.

Pertama , saya merasa diri saya termasuk kuper dan kudet, kurang pergaulan dan kurang up date. Mengapa begitu ? Buku karya Cak Nun ini ditulis tahun 2008, tetapi saya baru membacanya sepuluh tahun kemudian.

Kedua, saya tertawa membaca buku ini. Saya tertawa karena menurut saya tulisan Cak Nun itu lucu. Tetapi saya bukan hanya tertawa karena kelucuan itu, saya tertawa karena menertawakan diri saya sendiri . Saya merasa , saya pun sering melakukan kekonyolan seperti Pak Kiai . Merasa sok tahu padahal sebenarnya tak banyak tahu atau bahkan tak tahu apa-apa tentang banyak hal,apa pun itu.

Ketiga, saya merasa perlu membagikan tulisan Cak Nun itu untuk mengikat makna.

Saya cuplikkan tulisan Cak Nun itu di sini .

Ada seorang kiai nonton tinju bersama santri-santrinya pada suatu Minggu pagi bulan Maret tahun 1974. George Foreman melawan Muhammad Ali di Kinshaha. Pak Kiai bersemangat dan bersorak-sorak terus menerus sampai terdengar ke seluruh asrama santri di pesantrennya. Sebaliknya, para santri hampir tidak ada suaranya, dan tampak bingung air muka mereka.

Setiap kali Muhammad Ali ditonjok, Pak Kiai bersorak. Para santri tidak berani meng - counter meskipun hati mereka ikut sakit melebihi sakitnya Muhammad Ali ditonjokin Foreman. Ali (32 tahun) menantang Juara Dunia Foreman ( 24). Mulai ronde ke-3 Ali sudah lari ke pojok ring terus dan memang tak diberi peluang oleh Foreman untuk sedetik saja tak tertonjok. Ali minta tolong sama tali ring untuk bergelayutan dengan punggungnya menghindari pukulan-pukulan Foreman.

Para santri rasanya tidak rida dunia akhirat melihat dan mendengar Pak Kiai bersorak-sorak terus setiap kali Ali diberondong pukulan. Sampai akhirnya tiba menit kedua ronde ke-8 , Ali balas memukul, akumulasi jab, straight, dan hook. Foreman munting, terputar badannya , dan tergeletak TKO. Badannya masih belum habis benar, tapi mental dan hatinya KO duluan karena tak menyangka Ali yang tua mampu menjatuhkannya.

Para santri tak bisa menahan diri lagi. Begitu Foreman ngglimpang, mereka berteriak-teriak sangat keras. Sebaliknya Pak Kiai langsung pingsan, karena dua perkara. Pertama karena Foreman tumbang, kedua karena pekik kegembiraan para santri.

Sejumlah santri panik dan menjunjung tubuh Pak Kiai , mencoba menyadarkannya.

Salah seorang santri nyeletuk : “Kenapa sih Pak Kiai mbelain Foreman?”

Santri lain menjawab : “Lho tidak. Pak Kiai sangat fanatik dan cinta sama Ali. Cuma dia sangka yang Foreman itulah Ali…”

Rembang, 3 April 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post