Endartiningtyas Sulistiyo

Ibu tiga anak ini mengajar mapel bahasa Indonesia di SMP 6 Rembang . Tugas pertamanya di SMP 7 Blora . Sejak 2008 mutasi ke Rembang . Punya minat dalam t...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kompleks Perumahan dan Penjual Kerupuk (4)

Pukul 16.00. Cuaca cerah.

“ Puk. Kerupuk.” suara seorang penjual kerupuk menjajakan dagangannya di kompleks perumahan tempat saya dan keluarga tinggal.

Entah mengapa, mendengar suara itu ingatan saya melayang ke masa 19 tahun yang lalu.

19 tahun lalu kampung baruku ini masih sangat sepi. Baru beberapa keluarga saja yang sudah tinggal di sini.

Depan rumah kami waktu itu masih berupa sawah yang luas. Belum berwujud rumah-rumah yang padat seperti sekarang.

Saat musim kemarau, sawah itu sering dibiarkan tanpa tanaman karena sawah itu mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairannya. Kalaupun ditanami, hasilnya juga tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan.

Saat musim penghujan, sawah di depan rumah penuh air. Katak-katak dengan riang menyanyikan orkestra kebanggaan mereka. Kung...kung …blung. Teot…teot.

Namun, keramaian suara katak itu berbanding terbalik dengan kesenyapan lingkungan di sekeliling kami. Sebagai lingkungan perumahan yang baru saja diserahterimakan dari pengembang kepada para pembeli, tentu saja lingkungan kami itu masih sepi. Fasilitas pun belum memadai.

Jangankan pedagang krupuk seperti sore ini. Toko atau warung saja hanya ada satu-dua. Itu pun tak bisa memenuhi segala kebutuhan kami. Kalau kami butuh apa-apa, kami masih harus keluar rumah sejauh 2 kilometer untuk bisa mendapatkan toko atau warung yang menjual barang-barang keperluan kami secara lengkap.

Semakin hari kompleks perumahan kami semakin ramai. Letaknya yang paling strategis bila dibandingkan dengan kompleks perumahan lain di kecamatan kota Rembang, membuat perumahan ini amat diminati dan laris manis dibeli. Seperti mendoan hangat kala rinai hujan menyapa bumi. Laris diborong pembeli.

Kini banyak pedagang keliling yang menjajakan dagangannya di kompleks perumahan kami. Pagi hari pedagang sayur dan pernak-pernik kebutuhan dapur berlomba menawarkan isi gerobaknya. Pedagang susu segar , ayam , bakso, gorengan, es ,roti, dan kerupuk silih berganti menawarkan dagangan mereka.

Padatnya warga yang tinggal di perumahan kami menjadi daya tarik bagi para pedagang .

Bagaimana tidak ? Penghuni perumahan kami ada sekitar 300 sampai 350-an kepala keluarga yang mendiami 10 RT. Jumlah yang luar biasa untuk ukuran sebuah RW,bukan ? Hampir mirip desa tersendiri. Padahal kompleks perumahan kami yaitu Perumahan Puri Mondoteko merupakan bagian dari sebuah desa , yaitu Desa Mondoteko, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang.

Jika 50 KK saja dari 350 KK itu membeli kerupuk seharga Rp5.000,00 , penghasilan pedagang kerupuk itu sudah mencapai RP250.000,00. Bayangkan kalau 350 KK itu membeli kerupuk semua dengan nominal sama.

Daya tarik yang sangat menjanjikan bukan?

Alhamdulillah kepadatan penghuni Puri turut berkontribusi terhadap geliat ekonomi di Rembang. Setidaknya warga perumahan kami turut memberikan penghasilan kepada para pedagang kerupuk.

“ Puk. Kerupuk.” suara itu akan kembali terdengar setiap sore.

Puri Mondoteko, penghujung Februari 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post