endas dasiah

Guru di SDN. Cijulangadeg Kecamatan Cikalong Kab. Tasikmalaya. Aktif dalam Gerakan Pramuka. Hobi menulis ditekuni sejak tahun 2016. Beberapa judul cerpen dan ca...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tanda Cinta 28
Tantangan hari ke-215

Tanda Cinta 28

Winata meminta pimpinan pondok pesantren itu duduk di lorong rumah sakit.

“Umi, maafkan saya. Ada hal penting yang ingin kutanyakan,” ujar Winata memulai pembicaraan. Selaksa kepenasaran membungkus raut muka Winata.

“Katakanlah, apa yang ingin kau ketahui dariku? Dengan senang hati aku siap membantumu,” jawab Umi Sepuh. Hatinya mulai menerka-nerka, ke arah mana pembicaraan lelaki tampan yang sudah membuat pengakuan bahwa dirinya adalah ayah biologis Alina itu, tertuju.

“Sejak kapan Laila tinggal di pondok pesantren yang Umi kelola?”

“Mengapa kau tanyakan hal itu? Untuk apa aku harus jelaskan semuanya? Identitas Laila tak pernah aku umbar. Bukan apa-apa, aku hanya menjalankan amanah saja!” ujar Umi Sepuh tegas. Tatapnya tak lepas dari wajah tampan Winata.

“Siapa yang menimpakan amanat itu, Umi? Mengapa harus disembunyikan? Apakah Laila tidak berhak mengetahui histori hidupnya? Apakah Umi ada di posisi paling tepat dengan menyembunyikan identitas gadis saliha itu?” Tatapan Winata makin tajam. Sorot matanya seolah ingin menembus dinding penghalang yang memisahkan kebenaran dan kejujuran di hati pemimpin pondok pesantren itu.

“Bukan itu maksudku!”

“Lalu, apa maksudnya? Hanya demi sejumlah finansialkah? Aku tak yakin seorang pemimpin pondok pesantren sanggup melakukannya. Maafkan saya!” Winata makin yakin kalau ada kebenaran yang harus diungkap dari Umi Sepuh seputar masa silam Laila.

Winata pernah mendengar dari Hanifah, kalau Laila sejak kecil tinggal di pondok pesantren, tanpa sekali pun dijenguk oleh orang tuanya. Dibenak Laila, hanya ada sosok ayah yang menurut orang lain adalah seorang yang selalu diarindukan kasih sayangnya.

Laila hidup di bawah asuhan Umi Sepuh. Sudah bertahun-tahun dia mondok. Laila tidak pernah pulang ke rumah orang tuanya.

“Berapa sih Umi dibayar oleh orang tidak bertanggung jawab itu?”

“Winata! Jaga mulutmu itu!” Umi Sepuh meradang. Beliau tidak terima.

“Jelaskan siapa Laila sebenarnya, jika Umi tidak memiliki motif lain dalam hal menyimpan rapat identitas anak itu, tentu Umi tidak akan keberatan mengurai siapa Laila yang sebenarnya! Jika tetap bersikeras menutupinya, jangan salahkan saya andai perlakuan saya mengecewakan Umi Sepuh!” pekik Winata. Ada ancaman dalam nada bicaranya.

Ucapan Winata mengundang debaran jantung Umi Sepuh. Wanita berhati emas itu pun gelagapan. Dia teringat kejadian beberapa tahun silam ketika Laila diserahkan kepadanya oleh seorang laki-laki perlente yang meminta untuk mengubur semua identitas dirinya dari Laila.

Saat itu, pagi-pagi buta, seperti biasa Umi Sepuh melaksanakan kajian pagi dengan santri-santrinya. Umi Sepuh dikejutkan oleh teriakan salah seorang santri patrol yang mengabarkan ada seseorang yang ingin bertemu Umi Sepuh.

Mata Umi Sepuh terbelalak ketika tiba di depan pintu gerbang pondok. Seorang lelaki menuntun anak kecil berusia 2-3 tahun berdiri di hadapannya. Umi, mengeryitkan keningnya, karena dia sangat yakin kalau dirinya tidak mengenal sosok di hadapannya.

Mata Umi Sepuh makin terbelalak ketika tatap netranya tertuju kepada anak perempuan kecil lucu, cantik, namun keadaan tubuhnya sungguh mengenaskan. Koreng di sekujur tubuhnya menghadirkan aroma amis yang membuat perut mual.

Tanpa rasa jijik, Umi mengendong anak perempuan itu. Diciuminya anak itu. Seolah ada ikatan batin, anak kecil itu pun terlena dalam gendongan Umi.

Bersambung…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu

17 Nov
Balas

Makasih kunjungannya.

17 Nov

Mantap

17 Nov
Balas

Makasih kunjungannya.

17 Nov



search

New Post