Eneng rahmayanti

Guru IPA di SMPN 1 Jatinangor, memiliki hobi menulis. Buku karya perdana bejudul "Seribu Tanya, Sejuta Jalan", menjadi salah satu penulis pada antologi fabel ka...

Selengkapnya
Navigasi Web

FLEKSIBEL SESUAI SOP (Tantangan hari ke-16#TantanganGurusiana)

Beberapa waktu lalu, anak dari salah satu rekan saya di sekolah dirawat setelah persalinan. Melahirkan melalui proses caesar, tetapi melalui tahap menunggu pembukaan, induksi, dan entah apa lagi. Padahal ketuban sudah pecah sejak awal. Menurut pihak rumah sakit, semua langkah itu harus dilalui karena SOP (Standar Operasional Prosedur) jika menggunakan asuransi “X” memang seperti itu.

Alhasil, bayi dinyatakan keracunan karena ada air ketuban yang terminum. Sebenarnya air ketuban itu steril. Bayi hidup di dalamnya selama 9 bulan, seratus persen aman. Tetapi saat ketuban pecah dan terkontaminasi udara luar, maka kondisinya sudah tak steril lagi sehingga dapat menimbulkan keracunan jika terminum oleh bayi. Kondisi sang ibu tak jauh lebih baik, energi terkuras, berada diantara hidup dan mati untuk melahirkan sampai akhirnya tetap harus masuk ruang operasi. Sehingga keduanya harus menjalani perawatan intensif.

Pertanyaannya adalah “mengapa harus menunggu keracunan?”

“Kalau sudah bisa diprediksi dari awal kondisi memang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal, mengapa semua langkah itu tetap dipaksakan harus dilalui?”

Dua nyawa menjadi taruhan. Jawabannya hanya satu, semua harus sesuai SOP. Tidak bisa diganggu gugat, kecuali status diubah dari pengguna asuransi “X” menjadi umum.

Ya Allah, andai saja kebijakan asuransi dan rumah sakit seperti kebijakan tubuh yang telah engkau ciptakan. Mungkin tak akan ada pasien yang teraniaya seperti ini.

Tubuh kita diciptakan dengan sistem yang begitu rumit, tapi semuanya terkendali dan terkontrol. Tubuh kita juga memiliki SOP. Tiap bagian tak bisa melakukan sesuatu di luar perintah otak. Tapi, untuk hal yang bersifat darurat, tubuh kita punya kebijakan. Ada yang disebut gerak reflek. Gerakan ini dilakukan tanpa harus lapor dan menunggu perintah otak.

“Mengapa demikian?”

Karena ada hal yang harus direspon secara cepat, bila tidak maka akibatnya akan fatal. Setelah melakukan gerakan, baru system akan melaporkannya ke otak. Sehingga otak tetap dapat mengontrol apa yang telah terjadi pada tubuh. Aturan yang begitu fleksibel dan tetap sesuai SOP.

“Ingin tahu contohnya?”

Seorang anak yang menginjak sesuatu yang tajam, dengan cepat akan segera mengangkat kakinya dari benda tajam itu. Suatu respon reflek, tugasnya dibebankan pada sumsum tulang belakang. Setelah diangkat barulah system akan lapor ke otak, sehingga otak mengetahui kaki telah diangkat. Dan otak menindaklanjutinya dengan perintah yang mendukung gerakan pertama. Otak memerintahkan mata untuk melihat apa yang di injak. Otak juga yang memerintahkan organ tubuh untuk melakukan langkah lainnya agar luka ini bisa diobati. Koordinasi yang kompleks, tapi terorganisir, dan satu lagi tidak menyalahi SOP.

Terbayang jika tubuh kita memiliki system seperti di rumah sakit tadi. Setelah kaki menginjak sesuatu yang tajam, kaki dibiarkan untuk tetap menginjaknya. Sampai akhirnya dilihat apakah itu paku, atau benda tajam lainnya. Apakah perlu diobati atau tidak. Mungkin akan banyak orang cacat di dunia ini.

Sekali lagi kita belajar dari TUBUH yang kita miliki.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post