#TantanganMenulisGurusiana Hari ke-54

Sore itu aku, suamiku dan Hawari, anak pertamaku mengantar Kautsar kembali ke pondok. Setelah melalui drama di hari-hari sebelumnya, sore itu Kautsar terlihat lebih tegar dan lebih siap.

Sesampainya di pondok, kami hanya bisa mengantarnya sampai pintu gerbang. Semua barang dibawakan oleh ustadznya. Kautsar memeluk kami satu persatu lalu berpamitan masuk ke dalam pondok. Walaupun terlihat sedih dia sangat kuat dan tegar. Anakku yang hebat...

Di tengah perjalanan pulang, suamiku menepi ke pinggir jalan. Aku merasa heran kenapa dia menepi. Ternyata dia tak tahan membendung air matanya. Sepertinya dari tadi dia berusaha untuk tegar. Ia menyeka air matanya dengan sapu tangan lalu menarik napas dalam setelah itu kembali melanjutkan perjalanan.

Selama perjalanan akupun tak bisa membendung air mata sambil berdoa untuk Kautsar anakku. Berat, memang berat melepasnya tapi aku harus kuat. Jika aku kuat maka anakku pun akan kuat. Namun jika aku lemah maka anakku pun akan lemah karena ikatan batin antara anak dan ibu sangatlah kuat.

Setibanya di rumah, kami memasuki rumah dengan perasaan yang sama. Sedih... Sepi... Rumah terasa sepi tanpa Kautsar. Ia yang biasanya paling banyak bercelotoh, banyak bertanya tentang hal-hal yang aku pun bingung menjawabnya.

Kautsar, Santri kecilku...

Semoga Allah selalu memberimu kesabaran dalam menuntut ilmu. Semoga Allah jadikanmu anak yang sholeh yang Ahlul Quran.

اللّهم فقِّهه فى الدين وعلّمه تأويله

Gunung Sindur, 8 Juni 2020