Arofah Berbisik

Oleh

Enge Rika Lilyana, S.Pd

SMP Negeri 2 Tamanan

Sejak aku tahu kebiasaan Ijon setiap hari, pasti aku akan bertanya mengapa ini atau itu pada Ijon. Padahal secara keilmuan Ijon masih jauh dari Bu Ami, guru sejarahku. Banyak yang Ijon tahu dari dia mendengar berita. Mungkin di sela-selanya ada gossip yang kadang justru bagiku menjadi bumbu penyedap dalam berkomunikasi dengan sesama. Nah, ini aku juga dapat dari Ijon. Penting juga ya rasa sok tahu untuk menjaga hubungan bersosialita…ha..ha…kok sosialita?

Kemarin aja Ijon ditanya ibu-ibu di jalan, “Hai yuk, itu anaknya siapa kok gak mirip banget dengan sampean?”

“Ini tacik yang aku ceritakan dulu, masak kamu dah lupa?” Ijon sepertinya sudah akrab sama orang itu.

Bagiku pembicaraan tidak penting. Karena mungkin Ijon secara tidak sengaja mengucapkan sesuatu yang seharusnya disimpannya serapi mungkin tentang aku. Tak ada yang bisa membungkam angina, semua perlu waktu dan kesabaran. Biar semua tahu siapa aku dengan cara mereka. Aku tak ingin pembenaran yang kuciptakan sendiri. Biarlah mengalir seperti air. Itu saja cukup bagiku.

Memang aku terlahir dari pasangan yang memiliki story yang sangat jauh dari kehidupan orang lain. Namun apakah kehidupan yang katakanlah berada di zona nyaman tak akan ada batu sandungan?

Semua pasti merasakan bagaimana rasanya terjungkal dan banyak air mata menetes untuk luka yang meradang. Mudah saja untuk mengatakan kehidupan lain tanpa ingin menerima kekurangannya.

Perpisahan orang tuaku yang sudah hampir enam bulan. Membuat aku terbiasa untuk tak melihat mereka tak bersama. Takdir tak akan salah. Pasti ada lasan terbaik mengapa mereka begini. Bahkan ketika ada berita seseorang telah menjelma menjadi duri, semua tak bisa ditolak. Perjalanan hidup seketika berubah. Yang semula biasa-biasa saja melihat kerukunan keduanya, harus menerima jika semua telah berubah.

Tidak lagi terdengar orang berdecak kagum atas keberanian orang tuaku yang menikah muda. Kesuksesan mengumpulkan pundi-pundi sebagai lambing kejayaan. Tidak ada lagi sanjungan orang-orang terhadapku yang menjadi anak kesayangan semua orang. Semua pergi dan tak akan kembali. Tinggal puing-puing yang tersapu angin.

Usiaku akan beranjak ranum. Semua bunga-bunga mendoakan agar aku tumbuh dan kembang menjadi batu-batu karang yang selalu kuat melawan badai. Aku memang terlihat kuat dan tidak manja. Mandiri dan jarang meminta bantuan siapapun. Aku lebih percaya pada Ijong. Perempuan dengan mimpi-mimpi sederhana

Setiap hari aku selalu berpikir bagaimana aku harus jadi perempuan dengan banyak manfaat bagi orang lain. Salah satu cara adalah bersekolah di sekolah nomor wahid. Aku tak pantang menyerah dalam hal pendidikan. Sekolah akan kuterus hingga tak ada lagi sekolah yang mau.

#Bersambung#