Enik Sudarwati

Guru Fisika di MA AL MANAR Kab. Nganjuk. Penulis buku "FISIKA dalam Tafsir Kehidupan" dan "Ferris Wheel". Untuk korespondensi, sila mengunjungi Facebook Enik S...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ekstase Kata-kata

Ekstase Kata-kata

Apakah kau tahu? Kata-kata ternyata mampu memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pikiran dan perasaan seseorang. Kata-kata yang baik, positif, dan menguatkan akan bisa membuat pikiran dan perasaan menjadi bahagia, bersemangat, dan percaya diri. Setidaknya itulah rasa yang sedang memenuhi nuansa pikiran dan perasaan saya.

Saat naskah buku pertama saya yang berjudul FISIKA dalam Tafsir Kehidupan dinyatakan siap naik cetak, saya memberanikan diri mengirimkan pesan kepada Bapak Mohammad Ihsan melalui Facebook messenger pada 28 Mei 2019. Saya bermaksud mengirimkan satu buku saya untuk beliau tinjau. Baru keesokan harinya pesan saya berbalas. Beliau menyatakan tidak bisa me-review. Saya kurang mengerti betul maksud dari tidak bisa me-review. Tidak bersedia meninjau buku saya atau belum pernah menulis tinjauan buku. Saya berprasangka bahwa kemungkinan pertamalah yang berpotensi besar akan terjadi karena rasanya agak aneh kalau seorang CEO Gurusiana dan Pemimpin Umum Majalah Media Guru Indonesia belum pernah membuat tinjauan terhadap sebuah buku. Meskipun begitu, beliau bersedia memberikan alamat untuk saya bisa mengirimkan buku.

Pagi ini, bakda subuh, telepon genggam saya bergetar. Sebuah pesan WA masuk dari nomor yang belum tersimpan. Dari foto profilnya dapat segera saya kenali bahwa pesan ini dikirimkan oleh Pak Ihsan. Beliau mengabarkan bahwa buku saya telah diterima dan berjanji akan membacanya nanti dalam penerbangan. Teringat kembali pernyataan bahwa beliau tidak bisa me-review buku, saya merasa cukup gembira mengetahui bahwa beliau akan membaca buku saya dan bukannya memilih istirahat selama penerbangan. Tak berani berharap banyak. Rasanya itu sudah lebih dari cukup.

Subhanallah... Alhamdulillah. Bagus buku njenengan, Mbak.

Nanti kalau longgar saya buatkan tulisan mengulasnya.

Malah saya berpikir MediaGuru bisa membantu mencetak massal dan mendistribusikannya.

Ini top. Asli keren.

Seperti itulah pesan WA yang Pak Ihsan kirimkan kepada saya tadi pukul 08.47 WIB. Mendadak saya merasa menjadi peri kecil bersayap yang terbang tinggi dengan suka cita. Hati saya mengembang oleh rasa senang. Volumenya bertambah berkali lipat. Menyebabkan massa jenis hati saya menjadi kecil. Ringan. Lebih ringan daripada udara. Dan melambunglah perasaan saya. Saya bahkan sampai spontan berdiri dari posisi duduk semula.

Seorang teman ternyata mengamati reaksi saya yang tiba-tiba.

“Ada apa? Kenapa senyum-senyum?” Demi mendengar cerita saya, dia berkata tanpa beban.

“Gak mungkin. Beliau pasti orang yang sangat sibuk. Gak akan punya waktu nulis ulasan buku di Facebook.”

Saya tak peduli. Bila ternyata nanti tak pernah ada tulisan tentang tinjauan buku saya dari Pak Ihsan, saya tak peduli. Bahkan bila ternyata pesan dari Pak Ihsan itu dikirimkan oleh mesin penjawab, saya pun tetap tak peduli. Kata-kata dalam pesan itu saja sudah cukup untuk membuat pagi saya bersemangat. Kata-kata positif itu pun telah lebih dari cukup untuk membuat saya sedikit merasa lebih percaya diri untuk melanjutkan naskah saya berikutnya.

Lalu saya bertanya-tanya dalam hati. Bila kata-kata telah cukup ampuh untuk membuat seseorang merasa senang, bahagia, merasa berarti dan dihargai, lalu bersemangat menjalani hidup dengan pikiran positif, mengapa harus ada ekstasi? Mengapa masih ada orang yang dengan sengaja mengkonsumsi stimulan atau halusinogen dengan alasan agar merasa gembira, lebih percaya diri, dan kreatif?

Sekarang coba bayangkan apa yang akan terjadi bila pesan pertama yang saya terima di pagi hari ini berisi kabar buruk, kalimat negatif dan melemahkan? Bila saya tidak memiliki konsep diri yang kuat, bisa jadi saya akan memulai hari dengan muka cemberut, langkah yang berat, merasa rendah diri dan pupus ide untuk melanjutkan tulisan. Tidak butuh zat adiktif jenis depresan untuk membuat seseorang merasa sedih dan tidak berguna.

Jadi sekarang, bila kita tak cukup beruntung untuk menemukan orang-orang baik seperti Pak Ihsan yang bisa memberikan kata-kata baik, kita harus berinisiatif mengambil peran menjadi si orang baik itu. Ucapkan kata-kata baik yang bisa memberi semangat dan menguatkan kepada orang lain di sekitar kita, terlebih kepada diri kita sendiri. Tetap berpikir positif setiap hari, setiap waktu, setiap saat.

Tulisan asli diterbitkan pada 11 Juli 2019

EKSTASE KATA-KATA

Apakah kau tahu? Kata-kata ternyata mampu memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pikiran dan perasaan seseorang. Kata-kata yang baik, positif, dan menguatkan akan bisa membuat pikiran dan perasaan menjadi bahagia, bersemangat, dan percaya diri. Setidaknya itulah rasa yang sedang memenuhi nuansa pikiran dan perasaan saya.

Saat naskah buku pertama saya yang berjudul “FISIKA Dalam Tafsir Kehidupan” dinyatakan siap naik cetak, saya memberanikan diri mengirimkan pesan kepada Bapak Mohammad Ihsan melalui Facebook messenger pada 28 Mei 2019. Saya bermaksud mengirimkan satu buku saya untuk beliau tinjau. Baru keesokan harinya pesan saya berbalas. Beliau menyatakan tidak bisa me-review. Saya kurang mengerti betul maksud dari tidak bisa me-review. Tidak bersedia meninjau buku saya atau belum pernah menulis tinjauan buku. Saya berprasangka bahwa kemungkinan pertamalah yang berpotensi besar akan terjadi karena rasanya agak aneh kalau seorang CEO Gurusiana dan Pemimpin Umum Majalah Media Guru Indonesia belum pernah membuat tinjauan terhadap sebuah buku. Meskipun begitu, beliau bersedia memberikan alamat untuk saya bisa mengirimkan buku.

Pagi ini, ba’da subuh, telepon genggam saya bergetar. Sebuah pesan WA masuk dari nomor yang belum tersimpan. Dari foto profilnya dapat segera saya kenali bahwa pesan ini dikirimkan oleh Pak Ihsan. Beliau mengabarkan bahwa buku saya telah diterima dan berjanji akan membacanya nanti dalam penerbangan. Teringat kembali pernyataan bahwa beliau tidak bisa me-review buku, saya pun merasa cukup gembira mengetahui bahwa beliau akan membaca buku saya dan bukannya memilih istirahat selama penerbangan. Tak berani berharap banyak. Rasanya itu sudah lebih dari cukup.

“Subhanallah... Alhamdulillah. Bagus buku njenengan, Mbak.

Nanti kalau longgar saya buatkan tulisan mengulasnya.

Malah saya berpikir MediaGuru bisa membantu mencetak massal dan mendistribusikannya.

Ini top. Asli keren.”

Seperti itulah pesan WA yang Pak Ihsan kirimkan kepada saya tadi pukul 08.47 WIB. Mendadak saya merasa menjadi peri kecil bersayap yang terbang tinggi dengan suka cita. Hati saya mengembang oleh rasa senang. Volumenya bertambah berkali lipat. Menyebabkan massa jenis hati saya menjadi kecil. Ringan. Lebih ringan daripada udara. Dan melambunglah perasaan saya. Saya bahkan sampai spontan berdiri dari posisi duduk semula.

Seorang teman ternyata mengamati reaksi saya yang tiba-tiba. “Ada apa? Kenapa senyum-senyum?” Demi mendengar cerita saya, dia berkata tanpa beban. “Gak mungkin. Beliau pasti orang yang sangat sibuk. Gak akan punya waktu nulis ulasan buku di Facebook.”

Saya tak peduli. Bila ternyata nanti tak pernah ada tulisan tentang tinjauan buku saya dari Pak Ihsan, saya tak peduli. Bahkan bila ternyata pesan dari Pak Ihsan itu dikirimkan oleh mesin penjawab, saya pun tetap tak peduli. Kata-kata dalam pesan itu saja sudah cukup untuk membuat pagi saya bersemangat. Kata-kata positif itu pun telah lebih dari cukup untuk membuat saya sedikit merasa lebih percaya diri untuk melanjutkan naskah saya berikutnya.

Lalu saya bertanya-tanya dalam hati. Bila kata-kata telah cukup ampuh untuk membuat seseorang merasa senang, bahagia, merasa berarti dan dihargai, lalu bersemangat menjalani hidup dengan pikiran positif, mengapa harus ada ekstasi? Mengapa masih ada orang yang dengan sengaja mengkonsumsi stimulan atau halusinogen dengan alasan agar merasa gembira, lebih percaya diri, dan kreatif?

Sekarang coba bayangkan apa yang akan terjadi bila pesan pertama yang saya terima di pagi hari ini berisi kabar buruk, kalimat negatif dan melemahkan? Bila saya tidak memiliki konsep diri yang kuat, bisa jadi saya akan memulai hari dengan muka cemberut, langkah yang berat, merasa rendah diri dan pupus ide untuk melanjutkan tulisan. Tidak butuh zat adiktif jenis depresan untuk membuat seseorang merasa sedih dan tidak berguna.

Jadi sekarang, bila kita tak cukup beruntung untuk menemukan orang-orang baik seperti Pak Ihsan yang bisa memberikan kata-kata baik, kita harus berinisiatif mengambil peran menjadi “Si Orang Baik” itu. Ucapkan kata-kata baik yang bisa memberi semangat dan menguatkan kepada orang lain di sekitar kita, terlebih kepada diri kita sendiri. Tetap berpikir positif setiap hari, setiap waktu, setiap saat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat ya buk. Penasaran dengan buku ibu. Kereen

07 Mar
Balas

Terima kasih, IbuBukunya masih bisa dipesan kok ^-^

08 Mar



search

New Post