Enik Sudarwati

Guru Fisika di MA AL MANAR Kab. Nganjuk. Penulis buku "FISIKA dalam Tafsir Kehidupan" dan "Ferris Wheel". Untuk korespondensi, sila mengunjungi Facebook Enik S...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kirana

 

Brug.

Baru selangkah keluar dari ruang guru, Kirana jatuh terduduk di lantai karena terjangan seorang siswa. Setelah pulih dari rasa kagetnya, ia meraih satu per satu bukunya yang tercecer di lantai. Seseorang dengan cekatan membantunya. Dia, siswa yang telah menabraknya.

“Maaf. Aku tak sengaja. Kau nggak apa-apa?”, tanya siswa itu dengan nada cemas. 

“Ada yang sakit? Kakimu terkilir? Kamu bisa berdiri, kan?”

“Raja, sudah berkali-kali ibu bilang. Jangan lari-larian di teras. Bahaya. Sana, di lapangan.” Terdengar suara Bu Vita yang berdiri di tengah-tengah pintu, tepat di belakang Kirana. Sementara tak terdengar jawaban apapun dari mulut Kirana.

“Maaf, Bu.”, jawab siswa yang ternyata bernama Raja.

Kriiiinngggg....... Bel tanda istirahat usai telah berbunyi. 

“Kamu nggak apa-apa, Kirana? Mari ikut Ibu ke kelas kamu”, ajak Bu Vita.

“Baik, Bu”, jawab Kirana dengan patuh.

“Raja, Ibu minta tolong. Kamu bawakan buku tugas teman-temanmu yang ada di meja Ibu ke kelasmu, ya. Jangan dibagikan dulu. Letakkan saja di meja guru.” 

“Baik, Bu.” Raja segera menghampiri meja Bu Vita dan mengambil setumpuk buku tugas teman-teman kelasnya. Berlari kecil mengejar Bu Vita yang telah lebih dulu melangkah ke arah ruang kelasnya beserta seseorang yang belum dikenalnya.

Saat ketiganya memasuki ruang kelas, semua kegaduhan yang semula terjadi mendadak mereda. Semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing. Raja meletakkan tumpukan buku tugas di meja guru kemudian segera menuju tempat duduknya di deretan paling belakang. 

“Itu siapa?, bisik Arya sambil mencondongkan badannya ke arah tempat duduk Raja. Raja tak menyahut. Ia hanya mengangkat bahu mengirimkan isyarat bahwa ia pun tak tahu. Tak hanya Arya, teman dekatnya. Teman-teman yang lain di dalam kelas pun saling beradu pandang dengan berbagai ekspresi melihat seseorang yang tidak mereka kenal hadir bersama Bu Vita. Setelah memberi salam, Bu Vita memulai pembicaraan. Beliau mengumumkan adanya teman baru di kelas mereka dan memberikan kesempatan kepada Kirana untuk memperkenalkan diri.

“Selamat pagi. Nama saya Kirana Azzahra. Saya harap kita bisa berteman.” Kirana memperkenalkan dirinya dengan singkat.

“Alamat?”

“Tanggal lahir?”

“Hobi?”

“Suka Kpop?”

“Sudah punya pacar?”

Secara acak beberapa siswa memberondong Kirana dengan pertanyaan-pertanyaan pribadi. 

“Sudah, cukup. Hal-hal yang sifatnya pribadi bisa kalian tanyakan nanti. Sebagai wali kelas, Ibu harap kalian bisa menerima Kirana sebagai teman dan membantunya menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah kita. Sekarang kita belajar dulu. Kirana, kamu duduk di kursi kosong sebelah Raja itu.” Bu Vita memotong  keributan yang terjadi dan segera menunjukkan tempat duduk Kirana.

“Baik, Bu.” Kirana menjawab perintah Bu Vita dan bergegas menghampiri tempat duduknya. Dia menarik napas panjang setelah menghempaskan dirinya di atas kursi. Dia merasa lega. Dia tak harus mengungkapkan data dirinya pada semua teman barunya.



Lebih dari seminggu telah berlalu sejak pertama kali Kirana memulai kehidupan di sekolah barunya. Dia tampak menikmati rutinitas baru yang dijalaninya. Berangkat dari tempat tinggalnya ke sekolah dengan mengenakan hoodie kesayangannya dan tas besar di punggung, dia menaiki bis. Mengikuti semua kegiatan belajar di kelas dengan tenang tanpa gangguan. Menghabiskan waktu istirahat dengan menenggelamkan dirinya pada buku-buku di perpustakaan. Dia akan berlari kecil dalam hoodie-nya saat pulang dari sekolah. Berlari menuju ke sebuah kedai kopi zaman now yang berada di seberang taman kota. Dia bekerja paruh waktu di sana. Menjelang isya, dia kembali pulang. Belajar. Meyiapkan keperluan sekolah esok hari. Membuat catatan harian sebelum tidur. Kegiatan itu akan berulang di hari selanjutnya.

Kirana hanya fokus pada dirinya. Pada apa yang dilakukannya. Pada apa yang ingin dicapainya. Dia tak peduli dengan siswa-siswi populer di sekolah ini. Kirana berusaha bersikap sewajar mungkin. Dia hanya ingin berada di sana dan melakukan yang terbaik untuknya, tanpa menarik perhatian teman-teman sekolahnya. Dia berusaha untuk tidak berteman terlalu dekat dengan lainnya. Bukan berarti dia tak punya teman. Di sekolah itu, dia punya Sally dan Bayu, sahabat-sahabatnya sedari SD. Mereka berdua yang terkadang menemani Kirana berjalan-jalan mengelilingi lingkungan sekolah barunya. Sekedar duduk-duduk membicarakan cerita hidup masing-masing selama mereka terpisah. Adanya mereka berdua sudah sangat cukup bagi Kirana. Hanya Sally dan Bayu yang tahu siapa dirinya. Orang lain tak perlu tahu. Tapi mengapa Kirana ingin menyembunyikan identitas dirinya?

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post