Bendahara BOS “ Kutukankah! ”
Shut down. Ingin rehat sebentar setelah lelah seharian bekerja. Menerima dan mengirim beratus ratus pesan. Kasihan, namun niat itu tak segera terlaksana. Masih ramai aktivitas dalam sebuag grup wa. Grup bendahara BOS Kecamatan Mrebet. Selalu ramai bahkan lepas tengah malam. Lelah, puyeng, mumet dan SPJ menjadi trending topik disana. Menandakan aktivitas yang tak biasa, bekerja hingga tengah malam, hampir setiap malam dan bertambah ramai manakala dikejar deathline. Sedikit canda tawa dihiasi senyum getir ketika melihat seloloh anggota grup, sekedar pelepas kepenatan.
“Lembur spj BOS lagi bund ?” Tanya arjunaku. Mengusap rambutku kemudian berlalu setelah mengucapkan selamat malam. Berbaring disamping dede kecil. Ia harus istirahat karena sebentar lagi dede akan bangun dan merengek meminta sebotol susu. Sementara ibunya masih terlena dengan gelimangan tumpukan kwitansi. Seharusnya pekerjaan ini aku selesaikan di sekolah saja. Namun hatiku risau karena sudah 2 minggu ini aku hanya mengajar dengan metode ceramah saja. 15 menit menjelaskan materi. Sisanya pemberian tugas. Karena harus menyelesaikan LPJ BOS yang sudah ditagih berulang kali.
3 jam sudah cukup untuk istirahat. Aku harus bangun pagi hari menyiapakan segala sesuatunya. Pekerjaan ibu rumah tangga yang biasanya dikerjakan selama 8 jam harus mampu kuselesaikan dalam waktu 2 jam. Karena aku baru sampai dirumah lepas dzuhur nanti.
Mendidik, mengajar, membimbing, mengevaluasi dan merefleksi adalah tupoksi utama ku. Maafkan Ibu guru anak-anakku, karena hari ini Ibu hanya akan mengajar kalian, menjelaskan materi kemudain kerjakan. Jangan ramai karena Ibu harus mengerjakan tugas Ibu yang lain. Sudah ditagih terus dari kemarin. Ibu tak bisa membimbing, mengarahkan atau berbagi cerita motivasi dengan kalian. Ada rasa penyesalan teramat dalam ketika harus meninggalkan kelas. Karena disanalah seharusnya aku berkarya, mengukir lentera dan mempersembahkan generasi emas untuk bangsa. Namun apalah daya.
Sebagai bendahara BOS aku terkutuk untuk menyelsaikan setumpuk dokumen hasil modifikasi terbaik, goresan indah diatas simpul ketidakbenaran. Karya nyata lukisan kebohongan yang terbingkai manis oleh kebijakan tak realistis.
Jika dalam dongeng ada seekor pangeran yang dikutuk menjadi seekor katak. Katak itu tak lagi berdaya untuk melakukan tugasnya bekerja seperti manusia pada umumnya. Terkungkung dalam tubuh kataknya. Apa bedanya dengan kami. Meski raga kami tetap sama, tapi jiwa kami tak lagi bisa melaksanakan apa yang seharusnya menjadi tugas kami sebagai guru. Guru profesional seharusnya.
Apakah sistem pelaporan yang ketat akan menjamin tidak adanya penyelewengan dana. Apakah kami tak cukup dipercaya untuk mengelola dana pemberianmu. Sehingga harus dibuktikan dengan tumpukan dokumen yang sahih luar biasa berserta setumpuk lampirannya. Apakah ini aroma ketidakpercayaan yang sedang melanda negeri ini. Nyatanya tumpukan dokumen yang katanya sahih dan cukup menguras tenaga, mengorbankan jiwa dan masa depan generasi bangsa ini. Hanya setumpuk lukisan fatamorgana.
Wahai sang raja, percayalah pada kami. Bebaskan kami dari kutukan ini. Ucapkanlah mantra ajaib mu. Agar kami bisa kembali menjadi manusia dan mampu melaksanakan tugas utama kami, memanusiakan manusia. 20 tahun yang akan datang jiwa-jiwa mereka akan menjadi lentera bangsa ini. Apakah lentera itu harus dipadamkan hanya demi setumpuk kertas nantinya akan menjadi sampah ?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
salam semangat ya
Terima kasih semangat nya pak.
sebuah dilema ya Bu Eny?
Joss
Haaa... Matur nuwun bu puji.
Semangat! Bendahara BOS adalah amanah, bkn kutukan. Salam sukses!
Edisi galau pak yudi, he Trimakasih komentarnya
curhat nihhh
He. . Enggih pak edisi galau
Untung gurunya B Eni yang ini tidak menjadi bendahara BOS jadi bisa mengajar tanpa kutukan...
he... terimakasih sudah disempatkan koment bu Dartini.
Bun...sy setuju jika sbg bendahara Bos adalah tugas mulia, perkara ada kebohongan...tentu Allah Mahatahu, yang pentinh bunda bukam pelakunya , brgx usul hehe
Iya bunda. Thanks support nya.
Ternyata bukan hanya diriku . Ada yg lain yg bernasib sama. Anak didik dan kelg kapiran nggh
Enggih bu. Edisi galau, he
Jos bu eni... Semoga pemegang kebijakan akan membacanya dan akan dijadikan sebagai pertimbangan.
Semoga bu titik. Karena guru mencetak manusia bukan mencetak kertas. Terima kasih komentarnya.
Sip bu eni...
Matur suwun bu lusi
Resiko tugas. Bekerja untuk kelangsungan semua...
Nggih pak. Matur nuwun motivasi nya
Bagus tulisannya