eni rulita

Guru SDN 4 Pengalusan, Mrebet, Purbalingga. Menulis itu seperti keajaiban. Menciptakan dunia sesuai kehendak kita. Melalui kata dan rasa. Terlebih jika bermanfa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bendahara BOS “ Kutukankah! ”

Bendahara BOS “ Kutukankah! ”

Shut down. Ingin rehat sebentar setelah lelah seharian bekerja. Menerima dan mengirim beratus ratus pesan. Kasihan, namun niat itu tak segera terlaksana. Masih ramai aktivitas dalam sebuag grup wa. Grup bendahara BOS Kecamatan Mrebet. Selalu ramai bahkan lepas tengah malam. Lelah, puyeng, mumet dan SPJ menjadi trending topik disana. Menandakan aktivitas yang tak biasa, bekerja hingga tengah malam, hampir setiap malam dan bertambah ramai manakala dikejar deathline. Sedikit canda tawa dihiasi senyum getir ketika melihat seloloh anggota grup, sekedar pelepas kepenatan.

“Lembur spj BOS lagi bund ?” Tanya arjunaku. Mengusap rambutku kemudian berlalu setelah mengucapkan selamat malam. Berbaring disamping dede kecil. Ia harus istirahat karena sebentar lagi dede akan bangun dan merengek meminta sebotol susu. Sementara ibunya masih terlena dengan gelimangan tumpukan kwitansi. Seharusnya pekerjaan ini aku selesaikan di sekolah saja. Namun hatiku risau karena sudah 2 minggu ini aku hanya mengajar dengan metode ceramah saja. 15 menit menjelaskan materi. Sisanya pemberian tugas. Karena harus menyelesaikan LPJ BOS yang sudah ditagih berulang kali.

3 jam sudah cukup untuk istirahat. Aku harus bangun pagi hari menyiapakan segala sesuatunya. Pekerjaan ibu rumah tangga yang biasanya dikerjakan selama 8 jam harus mampu kuselesaikan dalam waktu 2 jam. Karena aku baru sampai dirumah lepas dzuhur nanti.

Mendidik, mengajar, membimbing, mengevaluasi dan merefleksi adalah tupoksi utama ku. Maafkan Ibu guru anak-anakku, karena hari ini Ibu hanya akan mengajar kalian, menjelaskan materi kemudain kerjakan. Jangan ramai karena Ibu harus mengerjakan tugas Ibu yang lain. Sudah ditagih terus dari kemarin. Ibu tak bisa membimbing, mengarahkan atau berbagi cerita motivasi dengan kalian. Ada rasa penyesalan teramat dalam ketika harus meninggalkan kelas. Karena disanalah seharusnya aku berkarya, mengukir lentera dan mempersembahkan generasi emas untuk bangsa. Namun apalah daya.

Sebagai bendahara BOS aku terkutuk untuk menyelsaikan setumpuk dokumen hasil modifikasi terbaik, goresan indah diatas simpul ketidakbenaran. Karya nyata lukisan kebohongan yang terbingkai manis oleh kebijakan tak realistis.

Jika dalam dongeng ada seekor pangeran yang dikutuk menjadi seekor katak. Katak itu tak lagi berdaya untuk melakukan tugasnya bekerja seperti manusia pada umumnya. Terkungkung dalam tubuh kataknya. Apa bedanya dengan kami. Meski raga kami tetap sama, tapi jiwa kami tak lagi bisa melaksanakan apa yang seharusnya menjadi tugas kami sebagai guru. Guru profesional seharusnya.

Apakah sistem pelaporan yang ketat akan menjamin tidak adanya penyelewengan dana. Apakah kami tak cukup dipercaya untuk mengelola dana pemberianmu. Sehingga harus dibuktikan dengan tumpukan dokumen yang sahih luar biasa berserta setumpuk lampirannya. Apakah ini aroma ketidakpercayaan yang sedang melanda negeri ini. Nyatanya tumpukan dokumen yang katanya sahih dan cukup menguras tenaga, mengorbankan jiwa dan masa depan generasi bangsa ini. Hanya setumpuk lukisan fatamorgana.

Wahai sang raja, percayalah pada kami. Bebaskan kami dari kutukan ini. Ucapkanlah mantra ajaib mu. Agar kami bisa kembali menjadi manusia dan mampu melaksanakan tugas utama kami, memanusiakan manusia. 20 tahun yang akan datang jiwa-jiwa mereka akan menjadi lentera bangsa ini. Apakah lentera itu harus dipadamkan hanya demi setumpuk kertas nantinya akan menjadi sampah ?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

salam semangat ya

27 Oct
Balas

Terima kasih semangat nya pak.

27 Oct

sebuah dilema ya Bu Eny?

27 Oct
Balas

Joss

27 Oct
Balas

Haaa... Matur nuwun bu puji.

27 Oct

Semangat! Bendahara BOS adalah amanah, bkn kutukan. Salam sukses!

27 Oct
Balas

Edisi galau pak yudi, he Trimakasih komentarnya

27 Oct

curhat nihhh

27 Oct
Balas

He. . Enggih pak edisi galau

27 Oct

Untung gurunya B Eni yang ini tidak menjadi bendahara BOS jadi bisa mengajar tanpa kutukan...

28 Oct
Balas

he... terimakasih sudah disempatkan koment bu Dartini.

28 Oct

Bun...sy setuju jika sbg bendahara Bos adalah tugas mulia, perkara ada kebohongan...tentu Allah Mahatahu, yang pentinh bunda bukam pelakunya , brgx usul hehe

27 Oct
Balas

Iya bunda. Thanks support nya.

27 Oct

Ternyata bukan hanya diriku . Ada yg lain yg bernasib sama. Anak didik dan kelg kapiran nggh

27 Oct
Balas

Enggih bu. Edisi galau, he

27 Oct

Jos bu eni... Semoga pemegang kebijakan akan membacanya dan akan dijadikan sebagai pertimbangan.

27 Oct
Balas

Semoga bu titik. Karena guru mencetak manusia bukan mencetak kertas. Terima kasih komentarnya.

27 Oct

Sip bu eni...

27 Oct
Balas

Matur suwun bu lusi

27 Oct

Resiko tugas. Bekerja untuk kelangsungan semua...

27 Oct
Balas

Nggih pak. Matur nuwun motivasi nya

27 Oct

Bagus tulisannya

08 Apr
Balas



search

New Post