Eni Siti Nurhayati

Assalamualaikum Wr.Wb. Tak kenal maka tak sayang, Perkenalkan, sekuntum bunga senja dari ujung timur Jawa Timur menyapa. Sudah sangatlah terlambat tuk ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerpen ke-11 Onde-Onde untuk Ibu(Tantangan Menulis 60 Hari Gurusiana) 43

Kisah Toko Kue Pertiwi

Siapa pun pasti tahu toko kue Pertiwi yang berada tepat pada perempatan sebelah lampu merah Bangsalsari. Bangsalsari itu kota kecil tempat ibuku dilahirkan. Toko kue dengan menu kue andalan onde-onde. Begitu khas rasa onde-ondenya hingga siapa pun yang pernah mencicipi pasti kan ingin merasakannya lagi. Tak terkecuali aku, Srikandi!

“Ibu, Mbak Pertiwi yang punya toko kue itu katanya teman ibu, lho?” ucapku sore itu di teras depan rumah nenek. Ibu hanya tersenyum mendengarnya sambil melanjutkan mengunyah onde-onde.

“Tadi cerita apa Mbak Pertiwi saat Kandi beli onde-onde?” tanya ibu akhirnya. “Enggak cerita, cuman ngasih buku ini. Ada ceritanya, lho” jawabku sambil mengacungkan buku kecil.

“Oh, buku sovenir, ya? Bagus juga untuk promosi toko,” ucap ibu sambil mengamati buku tersebut.

“Ehm, isinya tentang awal kisah toko kue itu berdiri. Juga denah, jenis kue, lokasi, dan...hehehe, ini foto Mbak pertiwi di depan toko.”

“Nah, coba baca keras-keras ceritanya, Kandi. Ibu pengin tahu...” binar mata ibu membuatku bersemangat membacanya.

“Dengar, ya Bu!” ucapku bersemangat. Kubaca kisah tentang Bu Pertiwi melalui goresan cerita pendek di buku kecilnya.

...

Onde-Onde Untuk Ibu

“Ibu, kue apa yang paling ibu suka?” tanya Pertiwi sore itu seusai mengaji pada ibunya.

“Ehm, ibu paling suka onde-onde. Tahu tidak, saat kecil, nenek membuat onde-onde, lalu ibu menjajakannya berkeliling dengan jalan kaki” cerita ibu dengan bangga.

“Kok sekarang ibu jarang membuat onde-onde?” tanya Pertiwi. “Ibu mbikinnya mesti nunggu kalau Bapak mendapat giliran pengajian atau ibu arisan”.

“Ah, masak?. Emang kakak mau dibuatkan?. Sekarang?” tanya ibu sambil tertawa kecil. Pertiwi tersenyum kecut. Ibu tahu dengan pasti bahwa Pertiwi sangat jarang memakan kue buatan ibu, dan dia paling suka dengan kue atau pun jajanan yang dibelinya sendiri.

“Kuno” begitu jawabnya tiap kali ibu menawarkan kue buatannya.

Hingga pada suatu hari, Pertiwi dan beberapa kawannya sakit perut di madrasah setelah memakan jajanan yang dibelinya.

Pertiwi dan dua kawannya yang lain dilarikan ke Puskesmas. Keracunan makanan, begitu kata petugas kesehatan. Kue kesenangan Pertiwi sudah basi saat dibeli. Mungkin juga sudah kedaluwarsa!

Ibu sangat prihatin melihatnya. Hingga setelah itu, ibu dengan telaten membuatkan jajanan sendiri untuk bekal Pertiwi sekolah. Kadang-kadang diselipkan juga onde-onde spesial buatan ibu yang terkenal enak itu. Awalnya Pertiwi kurang menyukai, namun lama-kelamaan lidahnya pun bergoyang tiapkali menikmatinya.

“Onde-onde ibu maknyuss” begitu puji Pertiwi suatu hari. Pipi ibu memerah mendengarnya.

“Ibu ajarin aku membuat onde-onde, ya?”celoteh Pertiwi berikutnya. Ibu tersenyum sambil mengangguk. “Mudah, kok” jawab ibu ringan sambil menyuapi adik.

Hari-hari berikutnya Pertiwi begitu antusias memelajarinya. Mulai dari mengenal bahan-bahannya, alat untuk membuatnya, hingga langkah-langkahnya. Ibu sangat telaten mengajari, hingga suatu sore bapak terbeliak ketika menyantap onde-onde, dikira buatan ibu seperti biasanya.

“Khusus sore ini, onde-onde spesial buatan kakak” ibu menjelaskan sambil tersenyum bangga. Pertiwi tidak berbicara secuilpun, namun dari gerakan hidungnya terlihat bahwa dia sanga-sangat bahagia dipuji bapak dan ibunya.

Betapa senangnya Pertiwi hari Rabu lalu ketika Bu Indah memberi tugas membuat kue tradisional berbahan nonberas. Dia langsung teringat dengan resep onde-onde spesial ibunya. Pertiwi bertekad untuk memraktikkannya lusa depan.

Begitulah. Praktik berjalan lancar. Pertiwi membawa pulang jatah onde-onde buatannya. Akan dia tunjukkan kepada ibu saat dijemput nanti.

Namun hingga satu jam setelah bel pulang berbunyi, ibu tiada nampak menjemput juga. Malahan, muncul Bapak dengan mobil putihnya dari kejauhan. Pertiwi lari mendekat.

Belum sempat Pertiwi bertanya, Bapak sudah membuka pintu dan menyuruhnya masuk. Dalam diam selama perjalanan pulang Pertiwi mereka-reka apa yang terjadi. Hingga secara reflek dia bertanya...

“Bapak, ada apa? Mengapa ibu tidak menyusul Tiwi?” Bapak hanya menoleh sebentar. Wajah Bapak terlihat cemas dan khawatir. Pertiwi pun tidak bertanya lagi.

Adik terlihat berlari menyambut Pertiwi. Di belakangnya nenek mengikuti. Bapak berhenti melangkah.

“Pertiwi, ibu mengalami kecelakaan saat menjemput tadi. Sekarang masih berada di rumah sakit. Ibu masih belum sadar setelah kecelakaan tadi. Jadi mulai sekarang harus bisa membantu nenek jaga adik, ya?” pesan Bapak kepada Pertiwi. Pertiwi hanya bisa mengangguk sambil bercucuran air mata, digandengnya Dita adik semata wayangnya masuk ke dalam rumah kembali. Bapak masuk ke dalam rumah, mengambil beberapa barang.

“Kita akan bersama menjenguk ibu setelah ibu siuman. Insyaallah...” begitu kalimat bapak sebelum berangkat sambil mencium Pertiwi dan adik.

Pertiwi masuk kembali ke dalam rumah, dia terhenyak ketika menatap kotak kuenya. Di dalam kotak kue itu berisi sepuluh onde-onde buatan Pertiwi, hasil kerja kerasnya.

Secepat kilat Pertiwi berlari keluar. “Bapak, tolong bawa onde-onde buatan Pertiwi untuk ibu,” serunya. Namun sayang, mobil bapak sudah berangkat.

Ibu tidak sempat mencicipi onde-onde buatan Pertiwi. Luka ibu terlalu parah, dan Allah lebih mengasihinya dengan memanggil ibu untuk kembali kepada-Nya.

Tangis Pertiwi terburai bersama semilir angin malam. Didekapnya kotak kue onde-ondenya, digigitnya satu sambil bercakap dengan bayang ibu, seakan ibu pun turut menikmati onde-ondenya.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus ceritanya, Bu.

01 Mar
Balas



search

New Post