PEMENANG ATAU PECUNDANG (Bag. 2)
#KE11DIKESEMPATANKE3
PEMENANG ATAU PECUNDANG
Oleh: Enung Kartini
Suatu hari di dalam suatu kelas. Hari itu adalah jadwal Syifa memberikan bimbingan klasikal untuk siswa kelas 8 G. Materi yang diberikan sesuai dengan salah satu tugas perkembangan siswa SMP yaitu mengenai penerimaan diri dan pengembangannya. Dalam bimbingannya kali ini pun Syifa menyisipkan pesan moral dari kata-kata mutiara favoritnya itu. Ternyata respon siswa cukup baik dengan materi kali ini. Mereka aktif menyimak dan bertanya.
“Bu kalau siswa yang sering buat masalah di kelas termasuk pecundang ya?” sebuah pertanyaan yang jawabannya sudah dia ketahui datang dari seorang siswa yang berkata sambil melirik seorang siswa disudut kanan kelas yang dari awal kegiatan selalu berisik dan mencari perhatian teman dan Syifa. Teman-teman yang lain serempak menjawab, “Tentunyaaaa...” dan serempak mereka tertawa sambil memandang siswa yang duduk di suduk kelas itu. Yang dipandang hanya senyum-senyum dan acuh tak acuh. Sepertinya dia menganggap pembahasan ini tidak penting. Dia tetap berisik dan celetak celetuk.
“Adon, kamu ngerti tidak Pecundang itu apa?” kata Dinda ngebentak siswa di sudut kelas.
“Kalau nggak ngerti, emang kenapa? Masalah buat Lo?” balas Adon sambil tetap dalam posisi duduk yang agak melorot, malas.
“Kamu memang tidak tahu pecundang ya Don?” Marina mencoba menggoda Adon yang dia curigai memang tidak tahu apa yang dimaksud dengan pecundang.
Syifa mulai membaca situasi yang kurang baik dengan celotehan-celotehan siswa tersebut. Selanjutnya Syifa mengajak untuk kembali fokus pada materi yang sedang didiskusikan tanpa memojokkan salah seorang siswa.
“Baiklah anak-anakku, sekarang ibu minta kalian menjawab pertanyaan ibu sesuai dengan pemahaman kalian masing-masing...” Syifa memulai sessi tanya jawab dengan mengajak siswa untuk konsentrasi kepadanya. Ini salah satu usaha Syifa agar siswa tidak keterusan membahas Adon.
“Ok. Bu kita semua siap....kecuali Adooon!!....Ha ha ha.....” kata Sukma yang diikuti tawa teman-teman yang lain.
“Memangnya kenapa Adon tidak siap?” tanya Syifa
“Ah itu mah fitnah Bu aku siap koq, masa “pelajaran” BK nggak siap? BK itu khan ringan dan lucu ha ha ha....” Adon sendiri yang menjawab pertanyaan Syifa.
“Ringan dan lucu?” Syifa mengerutkan keningnya, mengharapkan penjelasan dari Adon tentang kata-katanya itu.
“He he he...” Adon hanya tersenyum sambil memukul-mukul pelan meja dengan ballpoin yang dia pegang. Adon selalu begitu menurut guru-guru yang mengajar di kelas itu.
“Nggak apa-apa Adon yang penting kamu bisa mengikuti kegiatan kita ini dengan nyaman, Ok. Kamu siap?” Syifa menatap Adon menerawang pikiran apa yang ada di kepala siswa ini.
Syifa melanjutkan memberi informasi dan penjelasan-penjelasan tentang ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter pemenang dan ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter pecundang. Untuk lebih dipahami oleh siswa, Syifa menyebutkan tokoh-tokoh yang memiliki karakter pemenang dan tokoh-tokoh yang memiliki karakter pecundang. Tiba-tiba ada siswa yang duduk di bagian tengan berbicara dengan lantang
“Bu di sini juga ada koq contoh seorang pemenang.”
“Oh ya? Siapa saja tuh?” dengan penuh persahabatan Sifa bertanya balik.
“Saya Bu. He he he.....” dengan penuh percaya diri Gibran menjawab. Wajahnya cerah dan bersemangat. Syifa memberi semangat agar semua siswa merasa seperti Gibran.
“Tentu...semua siswa ibu adalah para pemenang seperti Gibran. Betuuuul???” Syifa menunggu reaksi riuh rendah dari siswanya. Biasa seperti itu. Syifa adalah guru yang senantiasa ditunggu kehadirannya di kelas. Bagi mereka jam kegiatan BK di kelas adalah saat-saat rekreasi dan refreshing. Materi-materi yang mengena dengan dunia remaja, games yang menantang dan menyenangkan serta sikap bersahabat dari Syifa membuat Syifa menjadi guru yang dirindukan. Ketidakhadirannya dipertanyakan. Hal itu juga yang membuat Syifa berat hati kalau suatu hari tak bisa hadir di sekolah. Bukan hanya karena tidak bertemu siswa-siswanya tetapi ini juga berarti Syifa harus siap dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama dari siswa-siswanya,“Bu kemarin keman? Kenapa nggak masuk kelas?”
Bersambung ...
Salam literasi
Bandung, 29 Maret 2021
Gambar diambil dari: https://www.kompasiana.com/syarif1970/54f36139745513a32b6c72c3/pemenang-apa-pecundang-bedanya-cuma-di-action?page=all
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren
Terima kasih apresiasinya...Sukses selalu ya...
Keren pisan buk Enung... Sukses selalu
Terima kasih Pak Burhan atas apresiasinya...sukses selalu
Keren cerpennya. sukses selalu Mbak Enung.
Terima kasih Bun...Sukses selalu untuk Bunda
Guru yang dirindukan kehadirannya pasti guru super.Lanjutkan dengan karya berikutnya agar terwujud buku tunggal kumpulan cerita pendek. Terimakasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS.
Terima kasih apresiasinya Pakde. Sukses selalu
Hmmm..bagus bunda..
Terima kasih....Sukses selalu Bunda
Memotivasi anak-anak tanpa memojokkan ya bun esok belajar lagi
Keren cerpennya bu,sukses.selalu
Keren cerpennya Bu Enung. Bu Guru yang supel. Hormanis buat anak_anak. Salam
Senangnya jadi guru yang dirindukan....keren bu
Cerpen yang menarik bunda. Salam literasi