CERITA SANG HITAM

‘RAGA MEMBARA’

@epiardi anam

Semua garis kehidupan manusia telah tertulis oleh QolamNya. Tiada yang mampu melawan Kuasa Sang Ilahi karena itu sudah menjadi pasti. Lantas sebagai insan ‘budak pengabdi’, apakah hanya pasrah dan berdiam diri?!. Tentu TIDAK.

Sang Hitam takkan berdiam diri menatap Qodarnya sendiri, tapi dia akan melangkah dengan penuh wibawa, meskipun semua kata tak lagi bermakna.

Pada hari itu, Kamis 28 April 2022 adalah hari dimana QolamNya menunjukan kuasa; Tangan dan kaki dijilati api, kulit terbakar hingga diri tak sadar. Tak sadar merasakan panasnya api yang bakar tangan dan kaki. Kecelakaan kerja yang tak terkira, sehingga nafkah tak tertutupi untuk menatap hari demi hari.

Tiga hari menjelang idul fitri, ‘terik mentari’ seolah enggan menyinari diri. Tatapan jauh menususk ke hati, hanya senyuman qolbi yang mampu disuguhi karena tampilan zohiriah tak lagi terpenuhi.

Tapi … biarlah tangan dan kaki terbakar sudah, namun semangat itu takkan punah. Geliat kehidupan terus ditatap dengan gelora membara meskipun menyeberangi kota disebelah sana.

Ahad,15 Mei 2022, genderang kehidupan mulai ditabuh, pukulan ‘alat musik talempong’ bertubi-tubi disonsong. Alunan panjang seruling dan bansi menggugah hati. Gerak langkah di tata kini, seni gerak silat dan gelombang membuat mata terbelalak tajam hingga tak mau dipejam.

Meskipun mobil terhenti karena bahan bakar Bensin ataupun Pertalife terkuras tak berbekas, namun tak menyulutkan akal dan raga yang terlanjur membara.

Nyeri tangan dan kaki tak lagi dihiraukan kini, karena Raga itu sudah Membara. Meskipun tangan dan kaki terbakar, langkah kehidupan pantang dibiar.

Semua rintangan sudah pasti mengikuti, tapi SANG HITAM takkan diam hanya menanti.

SebangaDuri, 15052022