Alarm Kematian ( 3 )
Tagur 3
Tantangangurusiana
Assalamualaikum buat kita semua, hari ini hari Ahad, hari yang selalu dinanti bagi para pejuang dan pencari nafkah terutama yang berkaitan dengan gaji pemerintah. Karena hari Ahad bisa rehat sejenak untuk melepas lelah.
Biasanya bagi kebanyakan orang, hari Ahad dimanfaatkan buat pergi refresing untuk memulihkan tenaga kembali guna beraktifitas besok Senen.
Namun semua itu tidak berlaku bagi buk Dewi, Ahad justru merupakan hari yang teramat melelahkan karena harus berjibaku dengan segala kegiatan rumah tangga,mulai dari kasur, sumur dan dapur yang perlu penangana khusus, karena hari biasanya hanya disentuh ala kadarnya saja.
Wajah lelah sudah terlihat di wajah buk Dewi, walau hari masih terbilang pagi, bukan hanya kerja pisik yang membuat beliau lelah, tapi juga beban mental yang ditanggungnya. Setiap kali beraktifitas yang berat buk Dewi selalu teringat akan nasehat dokter agar jangan terlalu lelah, jangan kecapekan.
Namun apa daya, buk Dewi harus mengenyampingkan nasehat dokter itu, karena memang tidak ada pilihannya. Beban rumah tangga mulai dari mencari nafkah sampai urusan anak dan urusan rumah tangga harus di tanggung buk Dewi sendiri, karena begitulah adanya.
Dengan semanggat dan rasa tanggungjawab yang ada di pundak buk Dewi, tidak menyurutkan nyali buk Dewi walaupun harus mengabaikan segala nasehat sang dokter.
Tapi rela atau tidak buk Dewi hanya manusia bukan robot yang digerakkan oleh mesin yang tak pernah merasa lelah. Setelah berjibaku dengan segala aktifitasnya pagi ini buk Dewi agak terasa lelah, wajahnya sedikit pucat dan nafasnya agak tersengal Senegal.
Buk Dewi tetaplah buk Dewi yang walau terlihat tegar, sejatinya hanyalah seorang hamba yang lemah dan tak berdaya. Tak ada bahu tempat bersandar, tak ada tangan yang memeluk, tak ada dada yang bisa menjadi tempat menumpahkan segala beban hanya ada air mata yang selalu setia dan selalu siap sedia buat ditumpahkan.
Menangis ya menangis itulah satu satunya jalan buat meringankan segala beban di dada. Hemmmmm, untung sia mata ini masih ada gumam buk Dewi, andaikata ia pun telah kering karena terlalu banyak tumpah setiap saat. Tentulah tak ada lagi teman buat berbagi lirih suara buk Dewi berkata.
Dalam kegalauan dan gundah gulana, tiba tiba buk Dewi mendengar suara anaknya memanggil, " Bu Bu ibu, ibuuuui " kata anaknya. Karena buk Dewi tak segera menjawab panggilan sang buah hati. Buk Dewi segera menghapus air mata dan menghilangkan segala jejaknya, agar anaknya tak bertanya kenapa ibu menangis ?.
Segala beban dan derita bagi buk Dewi biarlah untuk dirinya saja. Jangan sampai anak anaknya tau, karena itu semua memang belum jadi beban mereka
Akankah hari Ahad ini akan cerah di siang sampai sore ataukah akan mendung selamanya kita tunggu saja kisah buk Dewi berikutnya
Terima kasih bagi siapa saja yang mau membaca dan sangat diharapkan krisannya.
Solok. Ahad 24 Oktober 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah bagus sekali tulisannya bun. Keren. Saya follow ya, mhn follow back. Mksh..
Makasih pak..udah di.follow juga tadi pak
Ceroen yang keren, semoga Ibu Dewi sehat selalu dan penuh keberkahan, aamiin, salam literasi ibu, ini SKSS saya ke blog ibu ya. sdh saya follow ibu.
Makasih bun, saya tadi juga sudah follow bunda..salam.literasi
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Mohon krisannya pak Dede..salam kembali
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih telah berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS dan berbagai kebaikan. Salam sehat dan semakin sukses buat bunda sekeluarga.
Makasih pak blankon..senang bisa skss lagi pak de
Luar biasa Ning Erasanti, kisah yang sangat menginspirasi. Amazing
Makasih pak..mohon krisannya pak, maklum baru pemula pak
Terima kasih buat semua..
Semoga Bu Dewi kuat menghadapi cobaan. Sukses untuk Bunda Erasanti.
Semoga saja ya Bun..mohon krisannya bunda ririn