Erdamawati, M. Pd

Erdamawati, M. Pd., lahir di Padang Sumatera Barat tanggal 15 Juni 1970. Penulis menyelesaikan Pasca Sarjana (S.2) UIN Imam Bonjol Padang tahun 2018. Mulai men...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dilema Guru 2 Zaman (Part 1)  Tantangan Menulis Hari ke-37  Tantangan Gurusiana

Dilema Guru 2 Zaman (Part 1) Tantangan Menulis Hari ke-37 Tantangan Gurusiana

Menjadi seorang guru bagi seorang perempuan adalah pilihan pekerjaan yang lebih tepat dibandingkan pekerjaan-pekerjaan lainnya, tentu ada alasannya. Seorang perempuan ditakdirkan sebagai seorang ibu yang pasti punya tanggung jawab mendidik anak-anaknya, jika saja ia adalah seorang pendidik/guru maka profesi sebagai seorang ibu yang akan mendidik anak-anaknya akan semakin lengkap, lagi pula untuk menjalankan pekerjaan sebagai seorang guru tidaklah menyita waktu yang banyak, sekitar waktu dzuhur si Guru sudah bisa pulang ke rumah untuk menjalankan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga, bukan berarti profesi guru bagi seorang laki-laki itu bukan pilihan yang tepat. Menjadi guru bagi seorang laki-laki adalah profesi yang luar biasa, ladang amal yang maha luas untuk mencapai amalan Sadaqah Jariyah. Menjadi guru di zaman yang belum mengenal teknologi canggih seperti Hp (Hand Phone), Media Sosial dan lain-lain adalah suatu pekerjaan yang mulia.

Profesi guru di zaman dulu bukanlah sebuah profesi yang menjanjikan, sosok guru sering digambarkan dengan tokoh “Oemar Bakri” guru yang sederhana penuh pengabdian, guru bukanlah orang yang kaya dengan harta, namun guru kaya dengan ilmu, hikmah dan keteladanan. Pada masa itu guru adalah idola bagi anak didiknya segala ucapan dan prilaku guru benar-benar menjadi pondasi dasar bagi seorang anak didik dalam membangun intektual, sikap, bakat dan kepribadiannya ke depan. Melalui tatapannya seorang guru mampu menghentikan sikap anak didiknya yang tidak pantas, nasehat dan tegurannya adalah aturan yang harus dijalankan oleh anak didiknya, kemarahan seorang guru bukanlah sebuah dendam yang akan mematikan masa depan anak didik namun itu adalah salah satu cara dari sekian cara untuk membentuk manusia yang memiliki masa depan dunia dan akhirat. Zaman itu teguran dan kemarahan dari sang guru yang dilaporkan oleh anak didiknya kepada orang tua, akan ditanggapi oleh orang tua dengan ucapan, “Makanya nak, ikuti nasehat gurumu, kalau engkau tidak berbuat salah tentu tidak akan dimarahi”.

Profesi guru yang ditakdirkan hidup sederhana dengan gaji yang pas-pasan untuk makan menyebabkan guru memperoleh penghasilan tambahan dengan usaha sampingan setelah pulang sekolah berjualan atau bertani dan lain-lain, namun murid dan orang tuanya juga tidak akan tinggal diam mereka dengan sukarela akan mengantarkan apapun yang bisa mereka berikan untuk si Guru. Benar-benar sebuah situasi yang penuh dengan keharmonisan dalam jalinan silaturrahmi nan indah.

Profesi guru dizaman sekarang dimana ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih, dengan pengunaan Hp Android adalah sesuatu yang biasa bukan lagi merupakan barang mahal, bahkan balita sekalipun sangat familiar dengan barang produk era digital ini, keterlibatan semua orang di jejaring social (Medsos) adalah sesuatu hal yang lumrah, di zaman ini profesi guru sudah menjadi profesi yang didambakan, dengan segala fasilitas tunjangan yang diberikan kepada guru membuat kehidupan guru menjadi lebih baik. Namun itu semua diperoleh dengan pemenuhan berbagai macam administrasi yang harus disediakan, al hasil beban kerja guru tidak hanya mengajar/mendidik tapi juga ditambah dengan sekian kewajiban administrasi persyaratan pencairan tunjangan, jadwal kerja juga bertambah tidak ada lagi guru yang jam dinasnya sampai dzuhur.

Tantangan berikutnya adalah perkembangan Iptek dan membudayanya penggunaan Hp yang menyebabkan begitu mudahnya masuk semua informasi dari semua sisi baik informasi positif plus negatif, ditambah lagi oknum guru yang perbuatannya tidak mencerminkan keteladanan seorang pendidik, ditambah lagi munculnya aturan yang berlabelkan “HAM” membuat ruang gerak guru sebagai orang yang memiliki profesi mulia terhalang oleh semua hal di atas. Ucapan, nasehat, dan teguran guru sudah tidak lagi memiliki kekuatan terhimpit oleh pengaruh budaya asing yang masuk melalui informasi digital seperti penggunaan Hp dan komputer, pergeseran nilai-nilai moral semakin kuat, oknum guru yang berbuat tidak pantaspun ikut menurunkan reputasi guru dimata masyarakat, pelanggaran terhadap HAM makin membuat guru tidak berdaya untuk bebas mengeluarkan berbagai jurus mengubah perilaku anak didiknya, sikap orang tua yang tidak pro terhadap cara-cara mendidik guru menghadapkan dan membenturkan guru pada dinding yang bernama HAM (hak azasi manusia).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post