ERI FARIHAH

Guru pada MTsN 3 Sukabumi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ketika Si Tomboi di Ejek

Ketika Si Tomboi di Ejek

Masih tentang si Tomboi, selalu ada cerita tentangnya. Kali ini dia pulang dengan berapi-api. Membuka pintu dengan kasar dan Alhamdulillah tak lupa salam walau dengan nada ketus dan sedikit membentak. Sedikit kaget dengan kedatangannya yang langsung memeluk saya dan bersungut-sungut, "aah anak-anak payah semua masa segitu aja main lapor kan bukan dede yang salah". Alhasil ketika saya tanyakan apa masalahnya. Ternyata dia dapat ejekan dari teman laki-lakinya. Dan kontan dia marah dan hampir memukul temannya, saat marah itulah gurunya datang dan temannya malah melaporkan bahwa dialah yang membuat keonaran.

kejadian ini bukan kali pertama dia pulang ke rumah dengan marah-marah. Setiap kali mendengar ceritanya saya hanya bisa tersenyum-senyum geli. Teringat masa kecil ketika ada teman laki-laki yang mendapat bogem mentah dari saya, alhasil saya menangis karena takut dimarahi dan takut pula orang tuanya datang. Untunglah saya punya orang tua yang bisa mengarahkan saya, agar tidak keterusan menjadi preman kelas.

Itulah Resikonya

Hal yang dapat saya simpulkan dari apa yang terjadi adalah: Si Tomboi akan dianggap "aneh". Dan mau tidak mau itulah resiko bagi sebagian orang yang berperilaku tak seperti kebanyakan orang. Dalam ilmu psikologi orang yang bersikap tidak seharusnya dia bersikap sesuai dengan jenis kelaminnya disebut dengan gender noncoformist.

Kecenderungan seseorang bereaksi pada suatu keadaan tertentu memang berbeda-beda, ada yang bereaksi begitu santun dan lembut dan ada pula yang begitu kasar dan suka dengan kekacauan. Pada kasus ini reaksi si tomboi cenderung memperlihatkan reaksi yang identik dengan bagaimana seorang laki-laki bereaksi. Sehingga penderitaan karena mendapat ejekan tidak dapat terelakan. Apalagi pada masa-masa seusianya (7-9 Tahun). Anak pada usia ini cenderung sulit untuk menerima perbedaan atau pengecualian dari sikap seseorang. Ketika perempuan yang berambut cepak akan dianggap aneh karena tidak sesuai dengan teman-teman lainnya yang berambut panjang.

Jangan Sedih Dong !

Kalimat itulah yang harus kita tanamkan berulang-ulang. Menjadi orang tua yang menerima atas keadaannya merupakan moodboster tersendiri untuk si Tomboi. Untuk itu beberapa hal dapat kita lakukan untuk dapat menghiburnya, diantaranya:

1. Jangan pernah memberikan nasihat yang akhirnya mirip sebagai harapan kosong.

Maksudnya ketika anak diejek jangan sekali-kali memberikan reaksi yang akhirya hanya memberikan keyakinan kosong tentang dirinya. Misalnya dengan memberikan pernyataan bahwa mereka yang menggejeknya hanyalah iri padanya. Lebih baik memberikan pertanyaan terkait dengan keadaan tersebut, tanyakan perasaannya ketika mendapatkan ejekan dan tanyakan pula kenapa mereka berani melakukan itu. Biarlah anak mengutarakan isi hati dan asumsi atas sikap teman-temannya, arahkanlah hingga mereka yakin atas apa yang harus mereka perbaiki dan mintalah maaf kepada mereka tentang kejadian terbebut.

2. Dukung Keputusan Anak.

Maksudnya, apapun yang mereka pilih tetaplah mendukungnya. Jika mereka ingin merubah penampilanya karena tidak tahan dihina dan merasa terpojok, maka dukunglah. Misalnya ketika dia memilih untuk merubah rambutnya, dan begitu pula ketika dia memutuskan untuk tetap berambut cepa dan masih bersikap kasar.

3. Ajarkan Untuk menyikapi dengan Manis setiap ejekan sejak dini.

Mengajarkan untuk bersikap setuju atau abaikan saja setiap ejekan yang diterima. Berikan pemahaman atas kenyataan pahit bahwa perilaku yang tak biasa akan menyebabkan seseorang harus memiliki sikap bebal atas setiap ejekan yang diterima, atau jika hal tersebut malah membuat dia tidak nyaman segeralah laporkan kepada guru. Atau berikan mereka strategi untuk menghadapi setiap ejekan dalam bentuk apapun.

4. Bicarakan dengan Guru

Diskusikan kepada gurunya tentang sikapnya yang berbeda dengan yang lainnya, mintalah bantuan untuk meyakinkan teman-temannya agar dapat menerima perbedaan yang ada.

5. Berikan Contoh/Keteladan Bagaimana Seharusnya Berperilaku.

Terimalah mereka apa adanya, lakukan perubahan dengan memberikannya pemahaman tentang bagaimana seseorang seharusnya berperilaku. Penerimaan kita atas pilihannya merupakan bentuk keteladanan supaya mereka menghotmati perbedaan pilihan masing-masing orang.

Ingatlah bahwa setiap anak itu unik dan berbeda, buatlah ikatan kasih sayang yang akan membuat mereka percaya diri dan terus melakukan kemajuan dan perbaikan. Sebagaimana yang telah kita bahas tentang si Tomboi, biarkan dia menemukan jati dirinya secara alami melalui pemahaman-pemahaman yang kita berikan melalui teladan dan pembiasaan.

#Tagur Hari ke 37

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post