Eri Fauzi Rahman

Lahir dan menetap di Cianjur, 20 Mei 1983.Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jurusan Pendidikan Agama Islam. Tenaga pendidik di SMK Negeri 1 Sukanagara&...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ketika Pendidikan Karakter Menjadi Tanggung Jawab Bersama

Ketika Pendidikan Karakter Menjadi Tanggung Jawab Bersama

Kejadian kekerasan di lingkungan pendidikan diawal tahun ini, menimbulkan kegelisahan dan keresahan bagi siapa saja yang menyaksikannya. Meninggalnya guru yang dianiaya oleh siswa, membuat miris dan tak hentinya mengelus-elus dada. Juga guru yang menganiaya siswa “nakal” karena tak bisa menahan emosi. Belum lagi fakta-fakta kasus asusila dan kenakalan remaja lain yang dilakukan siswa. Atas fakta-fakta ini, Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Daryanto meminta masyarakat tidak membebankan pendidikan karakter hanya ke sekolah. Menurut dia keluarga dan masyarakat juga punya tanggung jawab yang sama. (Liputan6.com, 19 Feb 2018) "Harus bergerak serentak, bersama-sama dan berimbang dari tri sentra pendidikan, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat," ujar dia di Jakarta, Minggu (18 Februari 2018), seperti dilansir Antara. Dengan demikian, kata Daryanto, tanggung jawab pendidikan bukan dibebankan kepada sekolah semata. Pergerakan awal justru dimulai dari lingkungan keluarga. "Interaksi kasih sayang murid dengan orang tua, sanak saudara, dan kakek nenek itu juga menentukan. Setelah itu, baru kondisi lingkungan masyarakat pun harus menunjang," katanya. Ia menyebut tentang prinsip saling asah, asih, dan asuh dalam dunia pendidikan yang harus dapat terlaksana dengan baik. Sebetulnya apa yang terjadi dalam dunia pendidikan kita? Betulkah selama ini Pendidikan karakter hanya dibebankan kepada sekolah? Lantas bagaimana peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk sistem pendidikan nilai karakter? Kemana budaya luhur bangsa ini, yang katanya menjungjung tinggi silih asah, asih, asuh? Begitu mudah mengatakan bahwa kita harus melaksanakan dengan baik tentang prinsip saling asah, asih, dan asuh dalam dunia pendidikan. Melihat fakta lain yang dialami bangsa ini, kondisi ekonomi yang tidak menentu, ketimpangan hukum, tontonan yang tidak mendidik justru membawa generasi muda tercerabut dari akar budaya luhur bangsa ini, penguasa yang korup dari hulu sampai hilir, yang kaya makin jumawa yang miskin semakin terpinggirkan, dan seabgreg permasalahan lain. Bagaimana keluarga akan tenang mendidik anak, sementara kedua orang tua dipaksa dengan kerja, kerja, dan kerja. Bagaimana penguasa akan membangun jika yang dipikirkan bagaimana caranya bisa melanggengkan dinasti kekuasaannya. Bagaimana generasi muda, pelajar dan mahasiswa memikirkan masa depan diri dan bangsanya, jika yang dikonsumsi sehari-hari adalah tuntunan budaya instant, konsumtif, materialistis, hedonis yang dibumbui dan dimanjakan dengan hiburan, hiburan, dan hiburan, rupanya sengaja dilupakan dari jati diri dan cita-citanya. Meskipun demikian, sebagai anak bangsa yang optimistis, tentunya kita masih punya harapan. Satu-satunya yang kita punya hanya satu, yaitu harapan. Berharap masih ada generasi muda yang berkarya dari ruang-ruang sempit terpinggirkan. Berharap masih ada generasi muda yang memikirkan masa depan bangsa dari ruang-ruang diskusi kecil, nan jauh disana. Generasi yang mencoba menggali dan mengembalikan budaya luhur bangsa ini dari pinggiran Ibu Kota. Merekalah generasi emas yang tertimbun dalam tumpukan jerami lusuh, digudang yang tak berpenghuni. Semoga... (sumber dari blog pribadi: www.erifauzi.com)
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post