Hal yang bisa membuatku bahagia adalah melanglang ke Amerika. Mengapa? Pasalnya, bisa pergi ke Negeri Paman Sam merupakan suatu yang rasanya tidak mungkin.

Mengapa tidak mungkin? Sebab, bisa pergi ke Amerika identik dengan orang kaya yang punya uang tabungan di bank. Ya, uang harus banyak. Sementara tabungan yang aku miliki di Bank tidak bisa membeli tiket pesawat pulang pergi Jakarta ke Amerika, Amerika ke Jakarta.

Tapi aku tidak pernah putus asa untuk mencapai impianku. Ada pepatah yang mengatakan banyak jalan menuju Roma. Sangat menginspirasi. Pasti ada cara Tuhan agar aku bisa mendarat ke Benua Amerika. Tetap semangat.

Dalam sebuah kesempatan, di tempatku bekerja di sebuah SMA negeri di Jakarta, datang sekelompok orang dari suatu perusahaan bidang pendidikan yang akan menjual sofware pembelajaran gratis bidang studi bahasa Inggris. Nama perusahaan itu adalah DynEd ( Dynamic Education ) .

Seorang pria tampan bernama Rizky berkenalan dengan aku, guru bahasa Inggris yang juga Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP ) bahasa Inggris Jakarta Barat 1. Penuh semangat Rizky menjelaskan sofware pembelajaran Bahasa Inggris dan aku mendengarkan penuh konsentrasi. Ya, aku berminat sekali. Sebab ada kata Amerika dalam penjelasan yang dia berikan. Sebuah kata yang selalu membuatku ingin sekali bisa terbang ke sana dan mempraktikkan kemahiran berbahasa Inggris, di negeri Paman Sam, negara super power, negara impian sejak kecil.

Pada akhirnya impian itu terwujud. Doa yang aku panjatkan setiap saat membuahkan hasil. Tuhan memberikan kesempatan padaku bisa mengunjungi Amerika dua kali, tepatnya San Fransisco, California, New York dan salah satu kampus sangat terkenal di Boston, Harvard University, setelah aku menjadi juara 1 sebagai the best DynEd Teacher Guru Bahasa Inggris DKI Jakarta. Penghargaan dan hadiah Laptop kudapatkan, diberikan pada malam penghargaan di Gedung Dinas Pendidikan DKI jalan Gatot Subroto Jakarta.Terasa bagai mimpi tapi nyata. Hilang rasa lelah bila ingat proses pembuatan Visa Amerika yang menyita waktu dan tenaga. Wawancara dengan para pejabat kedutaan Amerika yang membuat jantung berdebar. Antri membayar Visa di salah satu bank swasta di Jakarta.Sungguh tak terlupakan, Thanks Lord.