Davin sudah menikah dan memiliki 3 orang anak, hidup bahagia bersama istri kedua. Mantan istrinya hingga kini masih saja mengingat kenangan-kenangan indah bersama Davin. Padahal sudah 17 tahun yang lalu mereka bercerai. Sesekali Deva mengusap air mata yang menggenang di kedua pelupuk matanya, masih saja terkenang dengan masa lalunya. Deva sering mengunjungi Instagram milik istri baru mantan suaminya. Deva berusaha tegar.

"Syukurlah, kalau dia bahagia, aku juga bahagia" ucap Deva menguatkan hati.

Di pandanginya foto istri baru mantan suaminya itu, meskipun ia tak mengenalinya sama sekali, tapi Deva tahu dari salah satu teman akrab mantan suaminya.

"Oh pantas saja Davin meninggalkanku, rupanya Davin memilih yang lebih dari pada aku"

"Baik Davin, aku anggap aku tak pernah mengenalmu, sama sekali" janji Deva.

Deva sering di bully teman-temannya, dia selalu jadi bahan tertawaan tetangga-tetangganya yang memang punya kehebatan di bidang ghibah. Deva sedih dengan perlakuan orang-orang itu.

"Padahal, sudah 17 tahun yang lalu" ujar Deva membatin.

Sakit, hatinya menangis tak berkesudahan. Terasa teriris ribuan pisau.

Di kala Deva sendirian, Deva sering teringat semua yang menyakitkan, semua muncul dengan sendirinya. Kadang Deva menyesal, tapi kadang Deva menganggapnya hanya sebuah mimpi. Deva tak ingin mengingatnya lagi, tapi semuanya hadir kembali. Deva mencoba menenangkan dirinya.

"Aku adalah hamba Allah yang percaya kepada Qadha dan Qadar, aku tahu ini adalah dari Allah, semua yang terjadi adalah yang terbaik" ucapnya. Apapun itu aku harus bisa melewatinya dan berharap suatu saat semua kenangan dapat ku hapus tanpa sisa.